Minggu, 01 Januari 2012
dengan keluarga sendiri
Nah, kebetulan minggu lalu pas libur Sidang Umum saudara saya menginap. Ada satu saudara perempuan saya yang asli cantik namanya Joyce. Saya kepingin benar ngobel vaginanya tapi nggak dapat, soalnya dia baru kepegang paha saja sudah sadar. Tapi ini malam lain, saya memulai petualangan saya lagi. Saya naik ke kamar atas, terlihat si Joyce tidur dengan posisi nafsuin. Menghadap ke atas (telentang) kaki rada mengangkang. Darah saya sudah berdesir saja. Saya mulai naik ke atas ranjang, ternyata dia memakai celana longgar. perlahan-lahan saya mulai tarik celananya ke bawah dan mengintip ke dalam. Kelihatan CD-nya. Saya sudah mau masukan tangan saja. Tapi saya takut dia bangun. Tapi, lama-lama saya nggak tahan juga. Saya masukan tangan saya, wah dia diam saja. Saya masuk lebih dalam lagi. Nyentuh CD-nya, saya mulai mau tarik CD-nya. Tangan saya satu lagi ngocok-ngocok penis saya. Tahu-tahu dia bagun dan melihat saya lagi pegang penis saya. Wah, saya kaget dan buru-buru kabur sambil berharap dia melupakan dan dikira mimpi. Saya mau tidur lagi, "Sialan", dalam hati saya. Saya belum klimaks nih. Akhirnya saya tidur juga. Eh, malamnya saya merasa ada yang memegang tubuh saya. Saya bangun, ternyata si Joyce lagi memegang penis saya sambil tangannya masuk ke dalam CD-nya. Astaga, dia kaget juga, tapi terus berbicara.
"Dengan ini kita seri ya?" terus dia mau pergi. Menyadari gelagat asyik ini saya langsung berkata, "Eh jangan pergi. "
Terus dia bertanya "Emang kenapa loe marah?"
"Nggak kok, loe demen pegangin barang gua, gue kepenget liat barang loe gimana kalau kita tukeran?"
Dia diam sebentar terus bicara, "Yang benar?"
"Iya",
"Ya sudah dech, tapi loe duluan ya?"
Terus saya pun tarik celana saya yang longgar (maklum piyama) dan terlihatlah penis saya yang asli tegang (Penis saya 12 cm diameter 4 cm). Lumayan buat anak 16 tahun. Dia kelihatan senang ditambah horny.
"Boleh gue pegang?"
"Loe mau apain juga boleh asal jangan disakitin."
Tangannya bergerak perlahan gemeteran, dia pegang penis saya. Darah saya berdesir waktu tangannya menyentuh penis saya. Baru sekali penis saya dipegang, dielus sama perempuan. Tangan yang satunya memegang celananya sendiri sambil sesekali menggesek. Saya lihat tambah horny.
"Eh, Joyce cukup donk, giliran lu."
"Nggak ah malu",
"Eh, loe sudah janji, lagian cuma kita berdua kok."
"Ya sudah."
Dia pun mulai memegang celananya.
"Eh, tunggu, boleh nggak saya yang buka?"
Dia berpikir terus bilang, "Boleh dech",
Tangan saya mulai memegang celananya. Terus saya gesek bagian vaginanya dia diam saja. Terus perlahan-lahan saya tarik celananya turun, kelihatan CD-nya putih. Terlihat di bagian vagina agak basah, perlahan dari samping saya tarik CD-nya. Tangan saya gemetar. Dia juga terlihat agak malu. Saya tarik ke samping, terlihat vaginanya, bulu kemaluannya paling baru 5 lembar (maklum baru 13). Saya buka sedikit, bau amis campur pesing mulai menyebar.
"Boleh saya elus?"
"Boleh",
Saya mulai mengelus vaginanya, pas saya buka sedikit, kelihatan ada daging kecil di bagian atas, saya heran.
"Ahh, nikmat Di! Lagi donk",
Tiba-tiba dia teriak, saya kaget. Terus saya dapet ide,
"Gimana kalau vagina lu gue gesek pakai penis saya?"
"Hah, jangan saya masih mau perawan",
"Tenang cuma luarnya doang gua jamin perawan lu nggak hilang",
"Benar?"
"Benar",
"Ya sudah."
Terus CD-nya saya tarik ke bawah dan CD saya saya turuni sendiri. Saya suruh dia tiduran, terus saya letakan penis saya di atas vaginanya (waktu itu saya sudah takut ketahuan bokap) terus saya gesek naik turun.
"Ahh nikmat Di, nikmat banget cepetan dikit Di."
Wah saya semakin nafsu saja saya gesek lagi, sementara vaginanya semakin banjir.
"Ahh terus Di, clit gua donk diutamain",
"Hah, apaan tuh clit?"
"Itu daging kecil yang tadi loe pegang",
"Oohh."
Terus saya mulai mencari "clit" tersebut dan saya gesek pakai kepala penis saya. "Ahh nikmat Di terus Di."
Saya semakin nafsu saja, terus dia bercanda bicara begini,
"Ahh, uhh, ini mah dimasukin lebih nikmat kali ya?"
Saya yang nafsu senang benar dengar begitu. Saya ambil koran terus saya alaskan pantatnya.
"Ngapain Di?"
Saya diam saja terus saya pelan-pelan cari lubang vaginanya dan saya sodok masuk penis saya.
"Ahh, jangan Di, adduuh sakit Di, please jangan ahh!"Saya kasihan juga saya tarik sedikit. Terus saya sodok sekuat tenaga"Ahh sakit banget Di, aduhh.."
Saya cuek terus saya sodok sedikit. Sambil memegang payudaranya saya bisa melihat dia menangis. Tapi saya cuek, saya kayuh saja terus.
"Ahh Di sakit Di, loe tega loe Di, pokoknya perawan gue lu yang ambil."Tapi lama-lama dia diam juga, dia malah mulai menikmati.
"Ahh, Ahh, ohh, terus nikmat juga, teruss."
Mungkin karena sama-sama baru, nggak lebih dari 15 menit kita sama-sama klimaks, saya keluarkan sperma saya di dalam, asli nikmat banget. Setelah selesai, kita duduk senderan, koran tatakan tadi ada noda darah, darah perawan dia. Saya lihat dia menangis sambil nmenyandarkan kepalanya ke dada saya.
"Ah, Di, loe ngambil perawan gue, gue nyesel, tapi nikmat kok, gue tapi nggak ngarep loe mau tanggung jawab, asal loe mau begini terus sama gue, lagian gue juga kok yang mulai."
"Nggak, apapun yang terjadi saya tanggung, setelah cukup umur loe bakal gue nikahin apapun resikonya."
"Benar?"
"Suer!"
"Asyikk, loe baik deh, lain kali gue mau lagi deh."
Sekian pengalaman saya dahh!
TAMAT
diperbudak nyonya
Cerita bermula ketika aku baru datang dari daerahku di daerah Sulawesi. Waktu aku datang, aku tidak memiliki pekerjaan yang pasti dan uang yang aku bawa hanya pas-pasan. Paling-paling uang tersebut hanya bisa untuk makan tiga hari saja. Aku memberanikan diri datang ke Jakarta karena kata temanku mendapat pekerjaan di Jakarta mudah asal mau melakukan apa saja semua bisa diatur.
Ketika hari sudah malam dan sepi, mungkin sekitar pukul 9 malam. Aku sudah tidak tahu mau kemana lagi. Tiba-tiba saja ada seorang wanita naik mobil Mercy menghampiri aku. Menanyakan keadaan aku, siapa namaku, dan asal aku. Dari penampilannya dia terlihat baik, anggun, cantik, sopan, dan sekitar berumur 36 tahun. Dia adalah Nyonya Lenny. Setelah sedikit kenal aku tahu bahwa dia seorang janda tanpa anak. Dia tinggal di daerah Pondok Indah. Dia adalah seorang Direktris dari sebuah Perusahaan Swasta terkenal di Jakarta.
Aku diperbolehkan tinggal di rumahnya. Dan aku bekerja sebagai supir pribadinya. Tanpa test apapun aku diterimanya bekerja. Untunglah kataku, karena aku sudah tidak memiliki apa-apa lagi termasuk uang. Di rumah Nyonya Lenny aku diberi makan dan pakaian yang layak. Sedangkan barang-barang yang aku bawa sudah dibuang seluruhnya atas perintah Nyonya Lenny. Karena ia suka pada kebersihan rumah dan seseorang. Ya aku tidak memikirkannya, karena semua sudah diberikan oleh Nyonya Lenny. Barang-barangku tidak penting, hanya sebuah baju, celana, dan celana dalam yang kupakai. Sedangkan yang kubawa tertinggal di Stasiun Kereta waktu aku datang. Aku merasa beruntung karena bertemu dengan Nyonya Lenny.
Aku sudah bekerja dengan Nyonya Hanna selama 2 bulan berjalan. Hari ini aku disuruhnya menjemput dua orang temannya di Bandara. Mereka datang dari daerah Bandung dan akan menginap kurang lebih selama satu mingguan di rumah Nyonya Lenny. Setelah aku mengantar Nyonya Lenny ke kantor, aku langsung menuju ke Bandara untuk menjemput kedua temannya. Aku tidak kesulitan menemukan mereka, karena aku sudah memiliki foto-foto mereka. Dari foto terlihat mereka seorang Nyonya-nyonya yang cantik dan muda. Yang satu bernama Lola dan yang satu bernama Lina.
Lalu mereka aku antar langsung ke tempat Nyonya Lenny di kantornya. Mereka banyak mengobrol dan melepas kangen mereka. Setelah diberitahu oleh Nyonya Lenny ternyata yang bernama Lina berumur 34 tahun dan bekerja sebagai Kapten pada sebuah kantor kepolisian. Lola adalah seorang waria yang bekerja pada sebuah salon kecantikan dan berumur 30 tahun tanpa operasi, jadi masih memiliki penis tetapi Nyonya Lola memiliki payudara, makanya dia disebut waria. Nyonya Lenny juga berpesan agar aku juga menuruti perintah kedua nyonya temannya itu, seperti aku mematuhi perintah Nyonya Lenny. Aku hanya bisa patuh dan tentunya mengiyakan.
Hari ini aku diberitahukan bahwa Nyonya Lenny harus dijemput pukul lima tepat. Sedangkan para karyawan lain pada hari ini dipulangkan lebih cepat pada pukul 3 sore. Mungkin sekitar pukul 4 sore sudah tidak ada karyawan lagi selain Nyonya Lenny dan kedua temannya, yaitu Nyonya Lina dan Nyonya Lola. Selama dua jam mereka berbincang-bincang serius dan sepertinya akan merencanakan sesuatu dalam jangka panjang. Tapi apa rencana mereka aku sendiri tidak tahu. Karena aku pikir itu bukanlah urusan aku. Itukan urusan para Bos-bos besar. Sedangkan aku hanya seorang supir.
Setelah pukul lima tepat aku sudah sampai di kantor Nyonya Lenny. Dari luar terlihat sepi, karena tidak ada satu mobil pun di luar. Hanya lampu di ruang kerja Nyonya Lenny saja yang masih menyala, sedangkan yang lainnya sudah dipadamkan. Lalu aku menuju ruang kerja Nyonya Lenny dan mengetuk pintu.
Lalu terdengar suara "Silakan Masuk!!" kata Nyonya Lenny.
"Selamat Sore, Bu," kataku menyapa Nyonya Lenny.
"Apa yang harus saya lakukan, Bu?" tanya aku kepadanya.
"Hari ini kamu harus patuh kepada kami" dengan nada suara yang sedikit membentak.
"Baik, Bu saya akan patuh kepada ibu"
Mendengar kataku mereka bertiga malah tertawa terbahak-bahak. Lalu Nyonya Hanna menyuruhku untuk menandatangani sebuah kertas yang aku sendiri tidak tahu apa isinya. Karena aku sedikit takut, aku langsung saja menandatangani surat tersebut secara langsung.
"Bagus sekali!!" katanya sambil mereka tertawa senang Ha.. Ha.. Ha..!!
Setelah aku menadatangani surat yang sah karena diatas materai, mereka menyuruhku untuk membaca surat yang baru saja aku tanda tangani tadi. Betapa terkejut dan kagetnya aku. Didalam surat tersebut menuliskan aku harus sanggup dan tanpa paksaan harus melayani keinginan dan kepuasan sex mereka berdua tanpa batas. Surat ini dibuat tanpa paksaan karena aku masih memiliki setumpuk hutang-hutang yang harus aku lunasi. Dalam surat itu juga menuliskan kalau aku seorang budak mereka yang harus patuh. Hatiku jadi menjerit tapi pasrah atas tindakan dan sikap mereka. Memang aku dalam bekerja dua bulan ini sudah meminjam beberapa kali kepada Nyonya Lenny untuk memeberikan uang kepada orangtuaku yang sakit dan untuk membiayai sekolah dua orang adikku.
"Nah, Sekarang kamu buka siapa-siapa lagi. Kamu adalah budak sex kami. Karena kamu punya banyak hutang," kata Nyonya Lenny kepadaku.
"Iya, Bu" kataku pelan dan pasrah.
"Kau memang penurut. Lagi pula kalaupun kau tidak mau, apa yang bisa kau perbuat. Semua yang kau miliki sekarang adalah milikku. Kau tidak punya apa-apa lagi, termasuk baju dan celana kamu, bahkan celana dalam kamu pun milikku. Ha.. Ha.. Ha..!!" Mereka tertawa penuh kemenangan.
"Ya, Bu saya akan patuh pada perintah ibu."
"BUKAN IBU!!" bentak Nyonya Lenny, "Sekarang kamu harus memanggil kami dengan sebutan NYONYA"
"Kamu mengerti!!" bentak Nyonya Lenny Lagi.
"Baik, nyonya," kataku pelan.
Permainan akan segera dimulai. Aku hanya pasrah. Walaupun aku memiliki tubuh yang kekar dan atletis aku tidak bisa berbuat apa-apa terhadap mereka. Karena aku takut dan harus patuh kepada mereka. Walaupun aku mau lapor ke polisi juga susah karena Nyonya Lina adalah Seorang Kapten Polisi yang terkenal Killer.
Permainan segera dimulai. Baik sekarang, "Buka baju kemejamu!!" bentak Nyonya Lenny.
Aku segera membuka kancing kemeja yang aku kenakan. Mereka sangat menyukai tubuhku. Karena tubuhku atletis dan kekar. Dada dan perutku terawat dengan baik, apalagi aku juga dibiayai untuk fitness oleh Nyonya Lenny agar aku sehat dan bugar dalam menyetir. Setelah aku telanjang dada, lalu Nyonya Lenny menyuruhku untuk melepas sepatu dan kaos kaki yang aku kenakan dan jam tanganku juga aku lepaskan. Lalu Nyonya Lola yang waria menyuruhku untuk membuka celanaku. Tapi aku hanya diam saja dan tidak menghiraukannya. Tapi aku malah mendapat marah dari Nyonya Lenny dan dia melempar aku dengan sebuah spidol yang ada diatas mejanya.
"Kamu harus patuh pada temanku, Nyonya Lola," bentak Nyonya Lenny.
"Sekarang lepas celana panjangmu!!"
"CEPAT!!" bentak Nyonya Lenny.
Melihat aku melepas celana panjangku, Nyonya Lola tertawa bahagia penuh kemenangan. Sekarang aku hanya mengenakan celana dalam saja yang berwarna putih. Mata mereka tertuju kearah tubuh dan penisku yang masih terbungkus dengan celana dalam yang masih kukenakan.
Lalu Nyonya Lina menghampiriku dan memelintir tanganku ke belakang. Lalu Nyonya Lina mengeluarkan borgolnya dan memborgol kedua tanganku ke belakang. Sedangkan Nyonya Lola mengambil gunting dan mengunting celana dalam yang aku kenakan. Sekarang aku sudah dalam keadaan polos tidak ada sehelai pun yang ada di tubuhku. Mereka puas dan tertawa melihat aku dalam keadaan bugil. Semua pakaianku disita oleh Nyonya Lenny dan dimasukkan dalam lemari besi pada ruangannya.
Lalu aku di dudukkan di kursi dalam keadaan tangan di borgol dan mata ditutup dengan sehelai kain. Aku tidak tahu apa yang akan mereka lakukan kepadaku. Tiba-tiba ada yang memegang penisku. Rupanya salah satu dari mereka sedang mencukur bulu kemaluanku. Kini bulu kemaluanku pun sudah bersih, kini aku tidak memiliki bulu lagi disekitar penis. Lalu penisku juga dicengkram dan dikocok-kocok dengan kuat.
Hampir saja aku keluar, tapi semua itu dapat kutahan sementara. Penisku kini sudah tegak, tegang, dan memerah. Lalu mereka mengikat penisku dimulai dari bola pelir. Mereka ikat secara terpisah dan diikat keduanya secara bersama dengan disatukan. Begitu juga dengan kepala penisku, mereka ikat dengan pengunakan bahan dari karet sehingga kepala penisku benar-benar terikat dengan kuat. Sehingga penisku tidak mau melemas. Selain itu mereka juga memberikan aku obat kuat berupa tiga butir yang harus aku minum. Mungkin hal itu yang membuat penis aku dapat tegang lama. Dan mereka mengatakan bahwa aku harus minum obat ini sehari dua kali sebanyak tiga butir.
Lalu mereka menjepit kedua puting susuku dan dihubungkan pada tali di kepala penisku. Aku benar-benar tidak berdaya dan pasrah karena tanganku masih diborgol dan mataku masih tertutup kain. Seketika mereka membuka tutup mataku dan juga borgolku. Lalu mereka menyuruhku bergaya dengan beberapa gaya. Aku pun menurut. Lalu kilatan lampu blitz memancar kearah aku. Mereka memotret aku dalam keadaan seperti itu. Mereka memotretku dengan kamere digital dan juga merekam dengan handycam.
Akupun diancam tidak boleh macam-macam, karena foto-foto bugil aku akan disebar jika aku bertindak macam-macam. Termasuk mereka juga akan menyerahkan fotoku kepada keluaragaku di kampung. Mendengar itu, aku semakin menuruti semua keinginan mereka. Kini aku duduk sambil berlutut, karena hanya seperti itu hak dan tempatku sekarang.
Sekarang aku dipakaikan kalung anjing lengkap dengan rantai pengiringnya. Selain itu mereka juga membungkam dan menutup mulutku alat penutup yang menyerupai bola, sehingga mulutku terbuka. Lalu aku disuruh merangkak layaknya seekor anjing. Setiap gerak-gerikku sudah terekam baik dalam foto maupun kamera.
Sekarang mereka membawa aku keluar kantor dengan menarik rantai pada leher aku. Aku berjalan di depan mereka, sesekali mereka menendang dan mencambuk pantatku dan pnggungku sewaktu aku berjalan lambat ataupun terlalu cepat. Kami berjalan menuju mobil yang sudah kuparkir. Keadaan kantor sudah sepi dan aman termasuk ruang parkir hanya ada mobil Nyonya Lenny saja. Karena satpam juga sudah diperbolehkan pulang sejak jam tiga tadi.
Sekarang jam menunjukkan pukul tujuh malam. Aku masuk kedalam mobil dan duduk dibelakang tapi tidak di kursi melainkan dilantai mobil. Mereka juga kembali memborgol dan menutup mataku. Nyonya Lina membuka penutup mulutku. Dalam keadaan itu aku disuruh untuk menjilati vagina Nyonya Lina. Aku menuruti kemauannya, aku jilati vaginanya dan Nyonya Lina memegangi kepalaku agar terus menjilati vaginanya. Aku terus-menerus menjilatinya vaginanya termasuk klitorusnya menjadi santapan aku waktu itu.
Semua itu terjadi sampai kira-kira lima belas menit dan Nyonya Lina terus menerus mendesah dan mengerang keenakan. Mobil Nyonya Lenny sudah dilengkapi dengan alat peredam suara sehingga suaranya tidak akan terdengar keluar. Tak lama kemuadian aku merasa ada cairan yang keluar dari vaginanya. Lalu Nyonya Lina Semakin Menekan kepalaku dan menuruhku untuk buka mulut dan meminum cairan yang keluar dari vaginanya. Terdengara suara decap-depap anatara vagina dan mulutku. Aku menjilati dan menelan semua cairan yang keluar dari vaginanya. Memang rasanya aneh dan asing bagiku. Ada rasa asin dan bercampur dengan rasa aneh bagiku. Tapi aku meminum dan menalan semuanya sampai habis. Nafas Nyonya Lina semakin memburu dan terlihat dia senang dan puas.
Sesudah Nyonya Lina, lalu rantai yang aku kenakan ada yang menariknya. Rupanya yang menariknya adalah Nyonya Lola yang seorang Waria. Aku disuruh untuk menjilati penisnya dan meminum sperma yang nantinya akan keluar. Aku masukkan penisnya kedalam mulutku. Sesekali Nyonya Lola Mendesah penuh nikmat terhadap hisapanku terhadap penisnya. Sesekali Nyonya Lola juga menyryhku untuk menjilati lubang anusnya.
Semula aku tidak mau, tapi kepalaku ditekan ke lubang anus dan aku mendapat cambukan dan tamparan karena tidak menurut. Nyonya Lola semakin keenakan mendapat jilatan di anus dan hisapan pada penisnya. Gerakan hisapan semakin aku percepat saja. Dan tidak lama kemudian Nyonya Lola menekan kepalaku, rupanya ia mencapai klimaks. Cairan spermanya kental dan masuk kedalam mulutku dan aku terpaksa menelannya. Hampir sama rasanya, memiliki rasa manis-manis asin.
"Rupanya kamu pintar ya, ha.. Ha.. Ha.. Dan enak kan rasa cairannhya ha.. Ha.. Ha.." kata mereka kepadaku.
Sesudah itu aku terdiam saja dan suasana menjadi hening. Mungkin Nyonya Lina dan Nyonya Lola tertidur. Karena perjalanan yang jauh menuju puncak di Villa milik Nyonya Lenny. Aku sendiri tidak tahu ada dimana dan tidak berdaya dalam ikatan borgol, tetapi penisku masih tegak berdiri karena adanya ikatan yang kuat dan pengaruh obat kuat yang diberikan oleh Nyonya Lenny.
Tak lama kemudian terdengar mesin mobil dimatikan. Berarti sudah sampai di villa Nyonya Lenny. Udara sangat dingin waktu itu. Penutup mataku dibuka dan aku disuruh berjalan merangkak layaknya seekor anjing. Tapi lain untuk kali ini. Karena mereka menunggangi aku seperti kuda. Jadi aku harus mengantarkan mereka satu persatu dari mobil menuju villa tersebut Sambil sesekali aku dicambuk dan punggungku ditetesi lilin. Setelah mengantarkan mereka bertiga aku sungguh kelelahan. Sesudah sampai disana terlihat mereka bertiga kelelahan, karena dua dari mereka baru saja mencapai klimaks dan Nyonya Lenny sudah kecapaian karena menyetir.
Lalu mereka membawa aku ke ruang belakang dan memasukkan aku kedalam kandang yang sempit, mungkin hanya sebesar 2,5cm x 2 cm saja. Tapi sebelumnya aku sudah diberi semangkuk susu dan sepiring roti yang dihancurkan kecil-kecil. Tentu saja aku hanya bisa makan dan minum menggunakan mulut dan lidahku saja. Lalu mereka meninggalkanku sendiri sambil makan. Nyonya Lenny mengatakan bahwa makanan itu harus habis bila ia lihat besok.
Tanganku tetap diborgol kebelakang, jadi aku tidak bisa berbuat banyak, tapi tetap aku berusaha menghabiskan roti dan susu tersebut. Setelah habis separuh makanan tersebut, Nyonya Lenny menghampiri aku dan memasukkan tiga butir obat kuat kemulutku. Dan aku menelannya dengan segelas susu pemberian Nyonya Lenny. Lalu mereka meninggalkan aku sampai besok pagi. Aku pun berusaha untuk tidur. Tapi sulit tetapi aku tetap berusaha untuk memejamkan mata.
Keesokkan paginya aku di bangunkan oleh Nyonya Lenny dengan kasar. Nyonya Lenny mengedor pintu kandang yang terbuat dari besi dengan mengunakan kayu sehingga mengeluarkan bunyi suara besi yang nyaring. Hal itulah yang membuat aku bangun. Melihat masih ada sisa sedikit makanan tadi malam, Nyonya Lenny marah dan mencambuk aku serta menendang pantat aku. Aku jadi sedikit terjatuh.
Dan Nyonya Lenny memakiku, "Dasar Anjing Kau!!" kata Nyonya Lenny.
"Hari ini kamu makan Cuma sekali dan hanya setengah porsi dari kemaren!!" katanya lagi.
"Itu semua karena ulah perbuatanmu sendiri, Anjing," kata Nyonya Lenny.
Lalu Nyonya Lenny menarik rantai kekang leherku menuju ke kamar mandi. Dia melepaskan pengikat leher, rantai kekangku dan juga taili yang mengikat penisku, tapi dia tidak membuka borgol tanganku. Lalu datang Nyonya Lina dan Nyonya Lola. Mereka menyuruhku untuk buka mulut dan meminum air kencing mereka. Aku terpaksa harus menuruti kemauan mereka. Aku dibaringkan di lantai kamar mandi. Mereka mengencingi wajahku, sebagian besar dari air kencing mereka masuk ke dalam hidung dan mulutku dan terpaksa aku menelannya. Rasanya sangat berbau pesing dan asin.
Setelah itu mereka bertiga memandikan aku dengan banyak sabun dan busa, sambil sesekali mereka mengocok penisku tapi tidak sampai klimaks. Mereka beriga sangat kompak dalam membagi tugas dalam memandikan aku. Pertama Nyonya Lina Menyabuni Badanku dan memainkan puting susuku. Nyonya Lenny Menyabuni penis dan kakiku kebawah sambil sesekali mengocok. Sedangkan Nyonya Lola menyabuni punggungku dan kadang-kadang memainkan anusku. Mereka melakukan itu semua sambil berganti-ganti tugas. Sedangkan aku hanya diam dan sesekali mendesah keenakan.
"Ah.. Akh.. Akh.." Melihat aku hampir klimaks mereka berhenti dan menguyur tubuhku air dingin dari shower. Sangat dingin sekali, karena udara pagi dan air daerah puncak yang terkenal sangat dingin.
Setelah bersih dari busa mereka secara bergantian menjilati penisku dari mulai pelir dan penisnya termasuk kepala penis. Nyonya Lola menjilati lubang anusku. Sedangkan Nyonya Lenny asik dengan penisku. Aku sungguh sangat menikmati perlakuan itu. Sebagi lelaki sungguh aku sangat senang dan menikmatinya, sangat nikmat.
"Akh.. Akh.. Oh.. Uu.. Ahh.."
Akhirnya tidak lama aku keluar didalam mulut Nyonya Lenny, Crot.. Crot.. Crot..
Aku merasa muncrat banyak sekali ke dalam mulut Nyonya Lenny. Lalu Nyonya Lenny membagi spermaku kepada Nyonya Lola dan Nyonya Lina. Tidak hanya itu Nyonya Lenny juga membagi spermaku sedikit denganku. Dia memasukkan ludahnya yang bercampur sperma kedalam mulutku. Nyonya Lenny membekap mulutku sehingga aku tidak bisa membuangnya dan aku menelannya.
Lalu Nyonya Lola menghisap penisku dan membersihkan sisa-sisa sperma yang ada. Setelah itu mereka kembali membersihkan tubuh dan pensiku. Lalu Mereka mandi secara bersama-sama. Sedangkan aku hanya berdiri di pojok kamar mandi sambil memperhatikan kegiatan mereka. Mereka kadang-kadang melakukan adengan lesbian. Ada yang menjilat, menghisap, dan berciuman satu dengan yang lainnya.
Setelah bersih mereka berganti pakaian serba hitam dan ketat. Lalu mereka menjemput aku dari kamar mandi. Lalu dipasangkan kembali rantai kekang di leherku. Mereka mengiring aku menuju kamar tidur mereka. Kamar tidurnya sangat luas dan besar. Juga ada kamar mandi didalamnya. Ada ranjang yang sangat besar dan dipinggir-pinggir di keempat sisi ranjang ada borgol masing-masingnya. Jadi jumlahnya ada empat borgol. Lalu mereka melepaskan borgol tanganku dan melepaskan rantai kekang leherku.
Mereka merebahkan aku di ranjang besar tersebut. Ranjangnya sedikit besar, jadi tangan dan kakiku sedikit tertarik dengan borgo tersebut. Sekarang tubuhku sudah berbentuk huruf X dan aku kembali tidak berdaya kali ini. Tangan dan kakiku sulit untuk digerakkan karena keempat borgol sudah mengunci erat-erat tangan dan kakiku. Setelah memborgol aku, mereka menutup mataku dengan kain berwarna hitam. Sekarang aku sudah tidak berdaya lagi dalam keadaan yang gelap gulita. Mereka memasangkan sebuah penjepit pada kedua ujung puting susuku, lalu menjepitkan tiga buah penjepit disekitarnya. Mereka juga menjepit kulit penisku yang masih dalam keadaan terikat dan masih tegak berdiri. Mungkin kira-kira ada lima atau enam penjepit di daerah penisku.
Aku hanya bisa merintih kesakitan dan melenguh panjang untuk menahan sakit.
"Akh.. Akh.. Akh.. Uh.. Sakit..," kataku kepada mereka.
Tapi mereka malah membentak, memarahi, dan mentertawakan aku. Mereka puas melihat aku seperti itu tidak berdaya. Lalu mereka mengambil dan meneteskan lilin panas yang besar ke arah puting susuku, dada, perut, ketiak, dan pahaku. Semua tubuhku terasa terbakar dan aku sangat kepanasan. Tapi itu belum berakhir, lalu lilin-lilin panas tersebut diarahkan ke selangkanganku dan yang paling utamanya adalah bola pelir dan penisku. Mereka meneteskan beberapa tetes cairan lilin panas ke arah bola pelirku kira-kira tiga puluh tetes. Selain itu, mereka juga meneteskan kepala penisku dengan cairan lilin panas. Aku keperihan dan keskitan sekali sambil berteriak dan mengerakkan pinggulku tidak karuan.
Setelah puas dengan lilin dan tubuhku, mereka menarik semua penjepit yang ada ditubuhku dengan kasar. Tentu saja aku berteriak sejadi-jadinya waktu itu. Sejenak kira-kira lima belas menit mereka meninggalkan aku. Karena waktu itu jam sudah menunjukkan jam tiga sore. Mereka sudah menyiksaku kira-kira lima jam sedari pagi.
Semua kejadian itu secara terus menerus terjadi kepadaku. Selama satu minggu aku disiksa secara sadis. Selama satu minggu pula aku tidak pernah berpakaian dan diberi makanan layaknya seekor anjing. Pada hari terakhir aku diajak untuk berkeliling tapi masih dalam keadaan telanjang. Lalu aku disuruh turun dijalan raya yang sedikit ramai. Lalu aku disuruh mereka menyeberang dalam keadaan telanjang. Aku sungguh malu waktu itu. Tapi apa boleh buat, semua aku lakukan dengan pasrah. Lalu setelah naik ke mobil aku dibawa pulang ke jakarta kembali karena kedua teman Nyonya Lenny sudah akan kembali ke kotanya masing-masing. Aku ikut mengantar tapi hanya di mobil karena aku masih belum berpakaian alias masih telanjang bulat.
Setelah mengantar kedua temannya, Nyonya Lenny kembali ke mobil. Dan Nyonya Lenny menyuruhku untuk menyetir mobilnya dalam keadaan masih telanjang. Aku menurut dan langsung mengemudikan mobil. Di dalam mobil, Nyonya Lenny mengocok dan mengoral penisku. Selama perjalanan yang memakan waktu kurang lebih dua jam, Nyonya Lenny mengoral dan mengocok penisku dengan kasar. Selama perjalanan aku sudah mencapai klimaks tiga kali. Aku sungguh lelah waktu itu.
Kejadian itu sampai sekarang masih teringat dalam ingatan aku. Sampai sekarang aku masih menjadi sopir Nyonya Lenny sekaligus menjadi budak sex Nyonya Lenny. Nyonya Lenny sering menyuruhku untuk menari telanjang, memuaskan Nyonya Lenny maupun Nyonya-Nyonya lain teman Nyonya Lenny. Selain itu aku juga harus memuaskan Nyonya Lenny baik dalam BDSM maupun dalam sex normal saja. Karena aku tidak diperbolehkan untuk pulang kampung ataupun berhenti bekerja. Karena Nyonya Lenny memiliki foto dan video telanjang aku. Selain itu juga, aku masih memiliki pinjaman yang belum aku lunasi. Setiap melakukan hubungan sex pasti Nyonya Lenny merekam dan memotretku. Selain itu, setiap mencapai klimaks aku harus meminum cairan Nyonya Lenny. Tetapi Nyonya Lenny juga menyukai cairan spermaku, yang katanya bisa buat obat awet muda.
Terima kasih telah membaca ceritaku. Mohon kasih tanggapan yang positif dan negatif atas cerita aku ini.
E N D
akibat tarzan
Kami sama-sama terbuka tentang seks dan sama-sama penggemar seks, kami sering mengadakan acara party sex. Yang tentunya dengan cowok-cowok keren di kampus kami, ataupun dengan cowok yang baru kami kenal.
Indah adalah temanku yang paling imut. Dengan rambut yng panjang dan indah. dia sangat menjaga keindahan rambutnya. Hampir tiap minggu dia ke salon. Kulitnya putih bersih seperti layaknya putri keraton. Namun dibalik wajah imutnya dia adalah cewek yang pintar memanfaatkan cowok. Sudah berkali-kali dia ganti pacar gara-gara sifat materenya. Malah tak jarang dia mau aja diajak om-om yang sudah tua, asal mau dibayar mahal.
Sedangkan Citra adalah temanku yang paling lucu. Dia dikarunai wajah yang cantik dengan bokong yang padat. Dengan tampang yang rada-rada indo, ia dengan gampang mendapatkan cowok yang disukainya. Apalagi ditunjang dengan bodinya yang aduhai, yang selalu mengundang pikiran kotor cowok-cowok. Tapi di balik wajahnya yang lucu itu, ia adalah cewek yang hiper sex. Dia sangat suka ML dengan satpam, tukang air, tukang bangunan dan sopir pribadinya. Pokoknya orang-orang yang pekerja kasar. Tapi dia tidak terlalu suka pacaran. Dia memilih hidup jomblo. Dengan jomblo ia bebas mencari cowok untuk diajak naik ranjang.
Sedangkan aku, dikaruniai tubuh tinggi semampai dengan buah dada yang bulat montok. Diantara ketiga temanku dadakulah yang paling indah. Apalagi jika aku sedang menggunakan pakaian ketat atau full press, pasti membuat pikiran kotor para cowok melayang-layang. Dan aku sangat senang jika ada cowok yang mengagumin kemontokan dadaku. Aku senang membayangkan mereka onani sambil membayangkan aku. Aku juga termasuk cewek yang senang banget ml. Mungkin gara-gara masih muda (aku masih 20 tahun), libidoku sangat cepat naik. Entah sudah berapa cowok yang pernah tidur denganku. Entah sudah berapa banyak penis yang pernah masuk ke vaginaku. Tapi aku menikmatinya tanpa merasa bersalah. Toh masa muda harus dinikmati. Bukankah begitu?
Pagi itu kami siap-siap pergi ke villanya Citra. Setelah menbawa perlengkapan kami pergi menggunakan mobilku. Sebelum berangkat aku sempat bertengkar dengan Citra, gara-gara aku dilarang bawa cowok-cowok yang sering diajak ke villanya Citra. Begitu juga Indah yang ikut mendukungku karena pacarnya juga tidak boleh diajak.
"Emangnya kamu ngundang siapa lagi sih Ci, masa si Chevy aja nggak boleh ikutan?" kata Indah. "Iya nih, emangnya kita mau pesta lesbian apa, wah gua kan cewek normal nih" timpalku
"Udahlah, kamu orang tenang aja, cowok-cowoknya nanti nyusul, pokoknya yang kali ini surprise deh! Dijamin kalian puas sampe nggak bisa bangun lagi deh" aku heran dengan Citra hari itu. Tidak biasanya dia main rahasian seperti itu.
Tapi masa bodolah. Yang penting aku ingin cepat sampai disana. Supaya tahu siapa sih cowok yang diundang Citra. Apakah ganteng dan.. Sambil membayangkan kejutan yang dipersiapkan Citra, tiba-tiba birahiku langsung naik. Maklumlah sudah 3 minggu aku nggak ml. Aku baru putus sama cowoku. Waktu pacaran dulu minimal sekali 3 hari kami pasti ml. Aku dan mantanku sama-sama anak kost. So, gampang aja dia nginap ditempatku atau aku di tempatnya. Dan biasanya kalau nginap kami pasti 'fly to the sky'. Untuk mengurangi desakan birahi yang melanda, diam-diam aku membayangkan ada cowok yang keren dan berbody atletis mendatangiku dan mengajakku ml. Sambil membayangkannya aku menggesekkan pahaku, sambil memyetir. Sampai akhirnya aku rasakan basah di bawah tubuhku.
Beberapa jam kemudian kami sampai di villa Citra, Pak Indra penjaga villa Citra membukakan pintu garasi, bola matanya melihat jelalatan pada kami, terutama padaku yang hari itu memakai pakaian seksi berupa sebuah tank top merah berdada rendah dengan rok mini. Matanya tak henti-hentinya menatap dada dan pahaku. Tapi aku cuek aja. Aku senang diperhatikan seperti itu. Malah aku sengaja menurunkan tubuhku pura-pura mengabil barang dari bagasi. Sambil menunduk kulihat mata Pak Indra tidak berkedip melihat kearah dadaku yang semakin terbuka karena ku menunduk. Hampir semua buah dadaku kelihatan gara-gara aku menunduk terlalu rendah sedangkan leher bajuku juga sangat rendah. Aku dapat melihat jakunnya yang turun naik dan tojolan di balik celananya. Pasti habis ini dia onani he..he..
Setelah membereskan barang-barang bawaan Citra menyuruh Pak Indra pergi. Akhirnya kami makan dan beristirahat sebentar. Sekitar jam 4 sore Citra membangunkanku dan Indah.
"Eh.. sambil nunggu cowok-cowoknya mendingan kita berenang dulu yuk" ajak Citra pada kami. Dia melepaskan semua bajunya tanpa tersisa dan berjalan ke arah kolam dengan santainya
"Wei.. gila lo Ci, masa mau berenang nggak pake apa-apa gitu, kalau keliatan orang gimana?" tegur Indah.
"Iya Ci, lagian kan kalau si tua Imam itu dateng gimana tuh" sambungku
"Yah kalian, katanya mo party, masa berenang bugil aja nggak berani, tenang aja Pak Indra udah gua suruh jangan ke sini sampai kita pulang nanti" bujuk Citra sambil menarik tanganku.
Karena ditantang Citra akhirnya aku mulai melepas bajuku. Aku buka rok mini yang membalut pantatku dan segera melepaskan baju tanktop ku. Akhirnya aku tinggal memakai BH dan CD. Tapi itu tidak berlangsung lama karena segera kutanggalkan. Mula-mula kulepaskan BH ku yang dari tadi menutupi dadaku. Segera dadaku seperti ingin melompat keluar gara-gara BHku yang kekecilan. Aku memamerkan payudaraku pada Citra. Dia mencibirku. Setelah itu kulepaskan CD ku. Maka tidak ada lagi yang tersisa ditubuhku kecuali anting di telingaku. Kemudian aku melompat ke kolam menyusul Citra yang jago berenang.
Indah masih tampak malu-malu melepaskan bajunya. Tapi karena melihat aku dan Citra yang sudah telanjang, dia akhirnya melepaskan bajunya. Kulitnya yang putih bersih segera terpampang dihadapan kami. Dia kemudiam menyusul kami berendam di kolam.
Perlahan-lahan rasa risih kami pun mulai berkurang, kami tertawa-tawa, main siram-siraman air, dan balapan renang kesana kemari dengan bebasnya.
Sesudah agak lama bermain di air Citra naik ke atas dan mengelap tubuhnya yang basah, lalu menggunakan kimono.
"Ci, sekalian ambilin kita minum yah" pintaku.
"Ok, deh!" katanya. Aku kembali berenang kesana kemari. Sedangkan Indah yang sudah kecapaian memilih untuk tidur-tiduran di kursi panjang di tepi kolam. Aku tersenyum melihat gayanya yang santai. Sambil tiduran dia membuka kedua kakinya lebar-lebar, memamerkan vaginanya yang Indah. Kalau ada orang lain yang melihatnya seperti itu, pasti dia akan diperkosa habis-habisan.
Tak berapa lama kemudian Citra datang dengan membawa minuman.
"Ver, kamu bisa ke kamar gua sebentar nggak, gua mo minta tolong dikit nih" pintanya
"Kamu lap badan dulu gih, gua tunggu di dalam kamar" katanya sambil berlalu kekamar.
Kemudian aku melap badanku yang basah dengan handuk. Kemudian berjalan ke arah kamar dengan telanjang. Aku tinggalkan Indah yang sudah terlelap di tepi kolam.
"Kenapa Ci, ada perlu apa emang?" tanyaku.
"Ngga, cuma mau ngasih surprise dikit kok" jawabnya dengan menyeringai. Sebelum aku sempat membalikkan badan, sepasang lengan hitam sudah memelukku dari belakang dan tangan yang satunya dengan sigap membekap mulutku agar tidak berteriak. Aku yang terkejut tentu saja meronta-ronta, namun pemberontakkan itu justru makin membakar nafsu kedua orang itu.
Kemudian aku sadar bahwa yang memelukku dari belakang adalah Pak Indra, penjaga villa Citra, dan seorang temanya yang tidak kukenal. Pak Indra dengan gemas meremas payudaraku dan memilin-milin putingnya. Temannya berhasil menangkap kedua pergelangan kakiku. Dibentangkannya kedua tungkai itu, lalu dia berjongkok dengan wajah tepat di hadapan kemaluanku. Sambil menyentuhkan lidahnya ke liang vaginaku, dia juga mengeluar-masukkan jarinya dari vaginaku. Diperlakukan seperti itu aku cuma bisa merem melek dan mengeluarkan desahan tertahan karena bekapan Pak Indra begitu kokoh.
"Hei, jangan rakus dong Klas, dia kan buat Pak Indra, tuh jatah kamu masih nunggu di luar sana" kata Citra pada teman Pak Indra, yang kemudian kuketahui bernama Muklas.
Setelah Muklas keluar tinggallah kami bertiga di kamar itu. Pak Indra langsung menghempaskan diriku di ranjang yang empuk itu. Dia kemudian membentangkan tubuh mulusku di atas spring bed itu. Dia tak berkedip memanandang ke arah dada dan vaginaku. Mungkin seumur hidupnya baru kali ini melihat tubuh polos seorang gadis cantik, masih muda lagi. Kemudian tangannya yang kasar itu meremas-remas dadaku sambil memilin-milinnya. Dimainkannya putingku yang sudah berwarna kemerahan. Aku tidak dapat menolak lagi karena kurasakan perasaan yang nikmat yang sulit dilukiskan. Ada sensasi tersendiri kala tangan kasar itu menggerayangiku.
Sekarang tidak hanya tangannya lagi yang bermain-main di dadaku tapi juga mulutnya. Kurasakan mulutnya dengan rakus melumat dadaku.aku merasakan terbang ke awang-awang ketika ia mencoba memasukkan seluruh dadaku kedalam mulutnya yang besar itu.
Puas bermain di dadaku lidahnya menari-nari diperutku, lalu turun ke vaginaku. Dia memandangi vaginaku yang sudah basah oleh cairanku. Tapi tak berapa lama kemudian kurasakan lidahnya menyapu klitorisku. Lidahnya melakukan jilatan-jilatan dan menyedotnya. Tubuhku menggelinjang merasakan birahi yang memuncak.
"Aduh Ci.. tega-teganya kamu nyerahin kita ke orang-orang kayak gini.. ahh!!" kataku ditengah desahanku yang tertahan.
"Tenang Ver, ini baru namanya surprise, sekali-kali coba produk kampung dong" katanya seraya melumat bibirku.
Aku berpagutan dengan Citra beberapa menit lamanya. Jilatan Pak Indra mulai merambat naik hingga dia melumat dan meremas payudaraku secara bergantian, sementara tangannya yang sekarang mengobok-obok vaginanya. Aku merapatkan pahaku karena tidak tahan dengan permainan tangan Pak Indra di bawah sana. Desahanku tertahan karena sedang berciuman dengan Citra, tubuhku menggeliat-geliat merasakan nikmat yang tiada tara.
Sambil menjilati dadaku dengan rakus Pak Indra berkali-kali memuji payudaraku. Memang sih diantara kami bertiga payudaraku termasuk yang paling montok. Cowok-cowok yang pernah ML denganku paling tergila-gila mengeyot benda itu atau mengocok penis mereka diantara himpitannya. Pak Indra pun tidak terkecuali, dia dengan gemas mengemut dadaku yng kiri dan yang kanan. Puas menetek di dadaku, Pak Indra bersiap memasuki vaginaku dengan penisnya. Penisnya tidak terlalu panjang tapi diamaeternya cukup lebar. Tanpa memberi aba-aba dia langsung memasukkan penisnya yang besar itu ke vaginaku. Tentu saja aku menjerit tertahan karena mulutku masih berciuman dengan Citra.
"Ouch.. sakit Ci, duh kasar banget sih babu kamu" kataku sambil meringis dan mencengkram lenganku waktu penis super Pak Indra mendorong-dorongkan penisnya dengan bernafsu.
"Tahan Ver, ntar juga kamu keenakan kok, pokoknya enjoy aja" kata Citra sambil meremasi kedua payudaranya yang sudah basah dan merah akibat disedot Pak Indra. Pak Indra menyodokkan penisnya dengan keras sehingga aku pun tidak bisa menahan jeritanku, aku mau menangis menahan sakit. Pak Indra mulai menggenjotku. Dia menggejot seperti orang kesurupan. Untuk mengurangi rasa sakit di vaginaku tanganku menyelinap ke bawah kimono Citra dan menuju selangkangannya. Kugerayangin vaginanya.
Kemudian Citra naik ke wajahku berhadapan dengan Pak Indra. Aku langsung menjilati kemaluannya. Sambil menjilatin vagina Citra, kubantu Pak Indra membuka kimomo yang digunakan Citra. Sehingga tubuhnya sama polos sepertiku. Perlahan-lahan aku mulai merasakan nikmat di vaginanku. Pak Indra mulai teratur menggoyangkan pinggulnya. Tubuhku sudah penuh dengan keringat. Begitu juga dengan Pak Indra, tubuhnya yang ceking seperti datuk maringgi itu kelihatan mengkilat oleh keringat yang mengalir di tubuhnya. Sambil menjilati vagina Citra, aku meremas remas dadaku sendiri, sehingga semakin besar dan menonjol keatas. Aku merasakan sudah mulai keluar.
"Aahh.. oohh.. saya sudah mau.. Pak!!" erangku, sambil mengejang dan membusur ke atas. Pak Indra semakin memperdahsyat sodokannya dan semakin ganas meremas dadaku. Kemudian kurasakan basah di mulutku, ternyata Citra juga mengalami orgasme setelah kuoral beberapa lama. Akhirnya aku dan Citra orgasme bersamaan. Setelah aku ambruk ke samping, kulihat penis Pak Indra masih tegak berdiri. Malah kelihatan semakin mengkilat gara-gara dipenuhi cairan cintaku. Hebat juga dia, walaupun sudah berusia hamper 50 tahun, tapi masih kuat menggarap mahasiswi seperti kami.
Pak Indra kemudian menindih tubuhku dan mulai menciuminya, tangannya tak henti-hentinya menggerayangi payudara montokku, seolah-oleh tak ingin lepas darinya. Tapi itu tidak berlangsung lama Pak Indra cukup pengertian akan kondisiku yang mulai kepayahan, jadi setelah puas berciuman dia membiarkanku memulihkan tenaga dulu.
Dan kini disambarnya tubuh Citra yang sudah kepayahan. Tubuh Citra yang dalam posisi tengkurap diangkatnya pada bagian pinggul sehingga menungging. Dia membuka lebar bibir vagina Citra dan menyentuhkan kepala penisnya disitu. Benda itu pelan-pelan mendesak masuk ke vaginanya. Sambil menggenjot Citra dia meremas-remas payudaranya yang makin menantang gara-gara menungging. Citra yang sudah lemah hanya bisa mendesah sambil meremas-remas sprei.
"Aduhh.. aahh.. gila Ver.. enak banget!!" ceracanya sambil merem-melek wajahnya sudah memerah saking terangsangnya.
Sambil menggenjot Citra perlahan-lahan, tangan Pak Indra merayap ke pangkal pahaku. Dia membuka bibir vaginaku dan memasukkan jarinya. Aku yang masih lelah hanya bisa mengangkang sambil menghayati jari-jarinya yang keluar masuk vaginaku. Berbeda dengan menggenjot tubuh Citra dengan cepat, dia memasukkan dan mengelurkan jarinya dari vaginaku dengan lembut. Lama kelamaan aku merasakan nikmat dan ingin keluar.
"Oohh.. terus Pak.. kocok terus" desahku terus sambil meremas-remas dadaku sendiri.
"Yak.. dikit lagi.. aahh.. Pak.. sudah mau" aku mempercepat iramaku karena merasa sudah hampir klimaks.
"Neng Citra.. Neng Verna.. bapak juga.. mau keluar.. eerrhh" geramnya dengan mempercepat gerakkannya.
Jari-jarinya terasa menyodok semakin dalam bahkan sepertinya menyentuh dasar rahimku. Sebuah rintihan panjang menandai orgasmeku, tubuhku berkelejotan seperti kesetrum. Kemudian dia lepaskan penisnya dari vagina Citra dan berdiri di ranjang. Disuruhnya aku berlutut dan mengoral penisnya yang berlumuran cairan cinta. aku berlutut mengemut penis basah itu sambil tangan kananku mengocok vaginaku sendiri yang tanggung belum tuntas. Citra bangkit perlahan dan ikut bergabung denganku menikmati penis Pak Indra. Aku mengemut batangnya, Citra mengemut buah zakarnya, kami saling berbagi menikmati 'sosis' itu.
Di tengah kuluman ku mendadak kurasakan vaginaku dibawah sana makin banjir dan aku orgasme dari masturbasiku sendiri. Disusul beberapa detik kemudian, Pak Indra mencabut penisnya dari mulutku lalu mengerang panjang. Cairan kental berbau khas memancar dengan derasnya membasahi wajah kami. Kami berebutan menelan cairan itu, penis itu kupompa dalam genggamanku agar semuanya keluar, nampak pemiliknya mendesah-desah dan kelabakan.
"Sabar, sabar dong neng, bisa putus penis bapak kalau rebutan gini" katanya terbata-bata. Setelah tidak ada yang keluar lagi. Aku menjilati sisa sperma di wajah Citra, demikian pula sebaliknya. Akhirnya aku dan Citra ambruk kecapaian disusul Pak Indra yang ambruk di atas dadaku.
Aku tertidur sebentar dan terbangun ketika kurasakan bahwa hanya aku dan Pak Indra yang ada diranjang. Pak Indra tampak tertidur dengn wajah yang puas. Mungkin dia masih merasa mimpi bisa mengerjain 2 orang mahasiswa yang cantik-cantik dan berbody aduhai. Gratis lagi. Kurasakan lengket pada wajah dan sekujur tubuhku. Aku langsung pergi ke kamar mandi yang ada di kamar itu. Aku menguyur tubuhku yang masih belepotan sperma Pak Indra. Kuusap semua daerah-daerah sensitifku. Kubersihkan dadaku yang masih berwarna kemerahan. Kulihat banyak cupangan di sana sini. Kemudian aku membersihkan vaginaku yang masih terasa perih. Bagaimana tidak perih disodok penis sebesar penis Pak Indra. Padahal selama ini aku cowok-cowok yang pernah tidur denganku tidak ada yang memiliki penis seukuran Pak Indra. Aku tersenyum sendiri, ternyata bukan hanya Pak Indra yang beruntung bisa menikmati tubuhku, ternyata aku juga beruntung bisa merasakan penis supernya. Membayangkan hal itu tiba-tiba libidoku langsung naik, aku mulai meraba-raba vaginaku.
Setelah mandi aku melap tubuhku dengan handuk dan mengenakan kimono yang ada di kamar mandi itu, itu pasti punya Citra. Aku keluar kamar mandi, kulihat Pak Indra masih tertidur, mungkin dia masih kecapaian melayani 2 orang gadis sekaligus. Kulihat kearah penisnya yang sudah lemas. Tapi walupun masih lemas, penisnya lumayan besar juga. Gimana kalau sudah berdiri tegak? Perlahan-lahan aku dekati penis itu. Kusentuh dengan jari-jariku. Lalu kukocok-kocok. Perlahan-lahan ukurannya makin lama makin besar. Sambil mengocok-ngocok penis Pak Indra, perlahan–lahan kemasukkan kemulutku. Kujilati dan kukulum. Selain itu jari-jari lentikku meremas-remas buah jakarnya. Kurasakan Pak Indra bangun. Setelah melihat apa yan kulakukan dia tersenyum sambil meringis merasakan kenikmatan. Mungkin baru kali ini penisnya di oral seorang gadis muda yang cantik. Mimpipun mungkin dia tidak berani.
"Aahh.. terus, Ver!" hanya itu yang keluar dari mulutnya.
Aku menjilati penis itu dengan sangat bernafsu. Sungguh besar penis itu, sehingga tidak muat di mulutku yang mungil. Paling yang masuk kemulutku hanya ¾ nya saja. Kemudian dia bangun dan berdiri dengan penis yang masih tertancap dimulutku. Dia memaju mundurkan penisnya di mulutku sambil tangan memegang kepalaku. Sampai akhirnya menyemprotlah maninya dimulutku. Satu.. dua.. tiga.. empat.. lima.. enam.. tujuh. Ada tujuh kali penisnya memnyemprotkan maninya dimulutku. Sebagian kutelan dan sebagian mengalir di sela-sela pipiku.
"Nikmat sekali Ver" katanya sambil ambruk di kasur yang empuk itu.
"Sabar ya.. bapak cari tenaga dulu. Entar giliran kamu yang bapak puasin.."
Aku membersihkan sisa-sisa sperma di bibirku. Aku merasa haus sekali. Kemudian aku ambil air di meja dekat jendela kamar itu. Aku minum satu gelas sampai habis. Ketika aku melihat ke kolam renang, kulihat disana adegan yang mendebarkan hati. Muklas, penjaga villa tetangga Citra, sedang menggenjot Indah di kolam yang dangkal. Indah dalam posisi berpegangan pada tangga kolam. Muklas dari bawahnya juga dalam posisi berdiri sedang asyik menggenjot penisnya pada vagina Indah dari belakang. Kedua payudara Indah bergoyang naik turun seirama goyang tubuhnya. Sedangkan Citra sedang duduk di pinggir kolam sambil mengelus-elus kemaluannya sendiri.
Muklas makin lama makin cepat menggenjot penisnya pada vagina Indah. Kedua payudara Indah bergoyang naik turun seirama goyang tubuhnya. Tubuh mungil Indah sudah tampak kewalahan. Apalagi menurut ceritanya Indah adalah cewek yang gampang banget orgasme jika lagi ML sama cowok-cowok di kampus kami. Apalagi dengan penjaga villa seperti Muklas, berbadan tegap dan masih muda serta memiliki penis yang nggak kalah besar dari Pak Indra. Pasti dia sudah orgasme berkali-kali.
Sambil melihat mereka aku mengelus-elus vaginaku sendiri. Tali kimomo yang kukenakan kulepas. Birahiku langsung naik melihat adegan di kolam. Entah mengapa aku cepat sekali BT(Birahi Tinggi) hari ini. Muklas memajukan mulutnya melewati ketiak Indah dan langsung menjilati payudara Indah dengan rakus. Indah makin menjerit-jerit. Jeritannya sampai ke kamar dimana aku berada. Indah tak kuasa menahan rintihannya setiap Muklas menusukkan penisnya, tubuhnya bergetar hebat akibat tarikan dan dorongan penis penjaga vila itu pada kemaluannya. Kemudian kulihat Indah mencengkram tangan Muklas dengan kuat. Tubuhnya menggigil dan menjerit tertahan. Ternyata dia orgasme.
Kemudian Indah naik ke kolam dan langsung ambruk di tepi kolam sambil menutup matanya. Pasti dia sangat kecapaian. Kemudian kulihat Citra mendekati Muklas. Muklas yang belum keluar, memamerkan penisnya yang besar ke arah Citra. Kemudian Citra turun ke air yang disambutnya dengan pelukan Muklas, tangannya mengelusi punggung Citra terus turun hingga meremas bongkahan pantatnya yang padat. Sementara tangan Citra juga turun meraih kemaluan Muklas. Kulihat mereka bercakap-cakap sebentar.
Kemudian diangkatnya badan Citra yang langsing dengan posisi kaki dipinggang Muklas. Diletakkannya tubuh mulus Citra pada lantai di tepi kolam, di sebelah Indah yang terkapar. Kemudian Muklas merapatkan badannya diantara kedua kaki Citra yang tergantung. Dengan sekali dorong tertancaplah penis Muklas di vagina Citra. Mereka melakukan push dan up secara teratur.
Saat asyik-asyiknya menikmati pemandangan erotis di tepi kolam, aku dikejutkan sebuah tangan kasar yang merabai dadaku. Aku menoleh sekilas ke belakang dan kulihat Pak Indra tersenyum sambil memilin-milin putingku. Aku masih meraba-raba vaginaku, sedangkan Pak Indra makin keras meremas payudaraku. Kurasakan sesuatu menyodok-nyodok pantatku dan kutahu bahwa itu adalah penis Pak Indra. Dia membalikkan tubuhku sehingga kami berhadap-hadapan. Diciumnya bibirku. Aku agak kewalahan dengan lidahnya yang bermain di rongga mulutku. Setelah beberapa menit baru aku bisa beradapatasi, kubalas permainan lidahnya hingga lidah kami saling membelit dan mengisap. Cukup lama juga kami berpagutan, dia juga menjilati wajahku yang halus tanpa jerawat sampai wajahku basah oleh liurnya.
Dia mulai menciumiku dari telinga, lidah itu menelusuri belakang telingaku juga bermain-main di lubangnya. Dengusan nafas dan lidahnya membuatku merasa geli dan menggeliat-geliat. Mulutnya berpindah melumat bibirku dengan ganas, lidahnya menyapu langit-langit mulutku, kurespon dengan mengulum lidahnya. Tanganku meraba-raba ke bawah mencari kemaluannya karena birahiku telah demikian tingginya, tak sabar lagi untuk dientot.
Kemudian tubuhku diangkatnya ke meja, lalu di baringkannya. Vaginaku semakin merekah karena posisiku yang telentang, apalagi aku sengaja mengangkangkan kakiku. Dia mengelus-elus bibir vaginaku. Aku mendesah makin tidak karuan ketika lidahnya bermain-main disana, ditambah lagi dengan jarinya yang bergerak keluar masuk.
"oh.. terus, pak!" hanya itu yang keluar dari mulutku.
Aku sampai meremas-remas payudara dan menggigit jariku sendiri karena tidak kuat menahan rasanya yang geli-geli enak itu hingga akhirnya tubuhku mengejang dan vaginaku mengeluarkan cairan hangat. Dengan merem melek aku menjambak rambut Pak Indra yang sedang menyeruput vaginaku. Perasaan itu berlangsung terus sampai kurasakan cairanku tidak keluar lagi, barulah dia melepaskan kepalanya dari situ, nampak mulutnya basah oleh cairan cintaku.
Belum beres aku mengatur nafasku yang memburu, mulutku sudah dilumatnya dengan ganas. Kurasakan aroma cairan cintaku sendiri pada mulutnya yang belepotan cairan itu.
"Ayo.. Pak masukkan" teriakku.
Kulihat penis Pak Indra sudah berdiri dengan sangat tegak. Kuraih benda itu kutuntun memasuki kemaluanku, tangan kanan Pak Indra ikut menuntun senjatanya menembaki sasaran. Saat kepala penisnya menyentuh bibir kemaluanku, dia menekannya ke dalam, mulutku menggumam tertahan karena sedang berciuman dengannya. Ciuman kami baru terlepas disertai jeritan kecil ketika Pak Indra mengehentakkan pinggulnya hingga penisnya tertanam semua dalam vaginaku. Pinggulnya bergerak cepat diantara kedua pahaku sementara mulutnya mencupangi pundak dan leher jenjangku. Aku hanya bisa menengadahkan kepala menatap langit dan mendesah sejadi-jadinya. Tubuhku tersentak-sentak tak terkendali, kepalaku kugelengkan kesana-kemari, kedua payudaraku yang terguncang-guncang tidak luput dari tangan dan mulut Pak Indra. Aku memperhatikan penisnya sedang keluar masuk di vaginaku.
"Ah.. terus pak.. terus!" desahku.
"Vagina Neng seret amat ya.. serasa masih mimpi bapak!" katanya sambil menggoyang-goyangkan pinggulnya.
"Payudara Neng juga montok. Mimpi apa bapak semalam bisa ML dengan gadis cantik seperti Neng" katanya lagi disusul meremas-remas dadaku. Aku hanya bisa merintih-rintih, apa yang dibilang Pak Indra tidak kuperhatikan lagi. Susah payah aku bertahan agar tidak keluar dulu. Aku ingin Pak Indra takluk dihadapanku. Tapi aku sudah tak tahan lagi, kulihat langit-langit kamar sudah berbayang-bayang disusul dengan cairan bening mengalir deras dari vaginaku.
"Pak.. aku.. keluar.." teriakku.
Tanpa memberiku istirahat, kemudian Pak Indra membalikkan badanku sehingga tanganku bertumpu pada meja. Kemudian kurasakan penisnya menyeruak ke vaginaku. Aku hanya bisa menahan nafas dan menggigit bibir saat penisnya mulai keluar masuk. Aku merasakan nikmat yang tiada tara ketika penisnya dengan cepat menerobos vaginaku. Aku terlonjak-lonjak ke depan sampai payudaraku menempel pada kaca jendela. Mulutku megap-megap dan terkadang meringis. Aku bisa melihat ke tepi kolam, d imana Muklas dengan gencar menikmati tubuh putih Citra. Sampai-sampai dada Muklas tertekan ke dada Citra yang bulat menggiurkan itu. Kedua kaki Citra menggelepar-gelepar menepuk permukaan air.
Kemudian aku memfokuskan diri pada Pak Indra, yang nampaknya masih belum ada tanda-tanda orgasme. Aku sudah lemas sekali. Sambil mengoyangkan pinggulnya kepala Pak Indra menyeruak melewati ketiakku dan langsung menciumi dadaku yang paling disenanginya. Aku hanya bisa merintih dan menjerit sebisaku saat mulutnya dengan rakus menjilat dan sekali-kali menggigit puting susuku, sehingga membuatku makin ke awang-awang.
Frekuensi sodokannya makin lama makin cepat, aku mulai menggila dan mulai menjerit sekuat-kuatnya beradu dengan erangannya dan deritan meja yang ikut bergoyang. Dia mencengkram kedua tangannya di dadaku. Kurasakan kukunya mencengkeram dadaku yang montok. Aku merasakan sakit disana, tapi tidak sebanding dengan sensasi yang kudapat. Hujaman-hujamannya kurasakan nikmat disekitar tubuhku.
"Ahh..!" aku tiba-tiba menjerit kecil ketika kurasakan cairanku ingin meledak keluar. Aku mendesah panjang tak kuasa menahan orgasmeku yang kedua. Masih dalam suasana orgasme, Pak Indra terus mengenjotku, sehingga orgasmeku semakin panjang. Aku seperti berada di puncak awan. Sel-selku sepertinya pecah dan tulang-tulangku seperti dilolosi. Aku tengkurap diatas meja tidak tahan lagi menahan berat tubuhku. Aku sangat lemas sekali. Pak Indra ternyata sangat hebat, nggak tahu apakah dia tadi memakan obat kuat dulu ataukah memang kemampuannya yang dasyat. Aku hanya mendesah desah saat penis hitamnya itu masih terus menyodok nyodok vaginaku tanpa memberi istirahat.
Kemudian Pak Indra menjambak rambutku sehingga aku tertarik kebelakang. Dia meremas dadaku dengan keras. Yang kurasakan sekarang sakit pada rambut dan dadaku tetapi sangat nikmat pada vaginaku.
"Sebentar lagi.. sebentar.. lagi..!" erangnya.
Aku sudah sangat lemas, hanya tarikannya pada rambutku yang menopang tubuhku. Kemudian dengan tiba-tiba dia melepas penisnya lalu menggendong tubuhku yang sudah sangat capek kearah tempat tidur. Tubuhku dihempaskan disana. Aku bisa melihat penisnya yang mengkilat gara-gara cairan cintaku. Dengan sekali sentakan masuklah penisnya yang besar itu ke vaginaku. Aku hanya bisa mendesah dan mengerang, tak kuasa mengalami sensasi yang kualami.
Setelah lima menit menyodok dengan gaya itu. Dia mengeluarkan penisnya dari vaginaku, kemudian menjepitnya di dadaku. Digesek-geseknya penisnya di dadaku yang lumayan besar. Aku mendesah-desah setiap penis itu melewati pangkal dadaku. Hal itu berlangsung sekitar 5 menit. Kemudian kulihat Pak Indra mengerang sambil menyebut-nyebut namaku. Lalu muncaratlah spermanya yang mirip susu kental itu di wajah dan mulutku. Aku yang sudah lemas hanya bisa membuka mulut. Kurasakan sperma dari wajahku mengalir masuk ke mulutku. Aku hanya bisa ternganga menikmati suasana itu. Sampai cairan spermanya masuk ke sela-sela mulutku. Setelah puas menuntaskan hajatnya Pak Indra memintaku membersihkan barangnya. Dengan terpaksa aku bangun dan mulai membersihkan penis yang hitam besar itu. Kemudian kami sama-sama ambruk.
"Kamu hebat, Ver!", katanya "lain kali kalau bapak ajak ML lagi, mau ya!"
Aku hanya mengengguk. Tentu saja aku mau dengan orang seperti Pak Indra, dimana aku bisa orgasme berkali-kali.
Keesokan harinya..
Pagi-pagi sekali aku sudah bangun. Cuaca yang dingin membangunkanku dari tidur. Kulihat jam di kamar menunjukkan pukul 6 pagi. Aku masih telanjang, kulihat Indah dan Citra juga masih tertidur disampingku. Mereka juga sama-sama telanjang, nampak mereka sangat kelelahan. Kemudian aku teringat bahwa tadi malam kami baru mengadakan party sex. Gila juga Pak Indra dan Muklas. Indah yang kalah bermain poker harus rela tubuhnya menjadi santapan Pak Indra dan Muklas. Walau awalnya meronta-ronta tapi akhirnya dia pasrah juga. Dia dikerjaiin hampir orgasme berkali-kali. Penjaga villa itu sepertinya nggak ada habis-habisnya. Habis menggenjot Indah dia menggenjotku dan Citra lagi secara bergantian. Aku sudah 3 kali orgasme sedangkan Indah dan Citra masing-masing 4 kali. Total kami sudah orgasme 10 kali sedangkan mereka berdua baru satu kali satu kali. Mereka jauh lebih hebat dari cowok-cowok di kampus kami dan cowok-cowok yang pernah tidur denganku.
Kemudian aku bangun, masih terasa lengket pada mulut dan seluruh badanku, lengket gara-gara sperma atau air liur. Kulihat ke sebelahku Indah dan Citra juga nggak jauh beda, buah dada Citra yang sekal nampak kemerahan dan ada bekas cupang di sana sini. Sedangkan pada mulut dan wajah Indah banyak sisa-sisa sperma.
Aku coba untuk memejamkan mata, berusaha untuk tidur, tapi tidak bisa. Kemudian kuputuskan untuk mandi. Air yang sangat dingin di puncak dapat menyegarkan tubuhku. Pelan-pelan kurasakan enak di badanku. Sehabis mandi kuputuskan untuk lari pagi sambil menikmati udara puncak yang segar. Segera kugunakan celana pendek yang sangat ketat sehingga celana dalamku tercetak disana. Lalu kugunakan baju tangan panjang karena cuaca dingin. Kemudian aku lari pagi menikmati udara puncak yang dingin.
Setelah capek lari pagi, akhirnya aku balik ke villa. Citra dan Indah masih tertidur di kamar. Aku ingin membangunkan mereka tapi mereka masih tampak kelelahan sehingga kuurungkan niatku. Aku melap keringatku yang basah, kemudian aku ganti baju. Sebenarnya sih aku ingin telanjang saja sambil melakukan aktivitas di didalam villa. Tapi karena cuaca dingin kubatalkan niat "gila" ku. Kugunakan tanktop warna merah kesukaanku dan celana pendek yang fuul press. Sehingga menampakkan keindahan tubuhku. Aku tak henti-hentinya menatap tubuhku yang indah di meja rias. Aku saja sangat mengaguminya, gimana lagi dengan cowok-cowok?
Kemudian aku pergi ke dapur. Aku ingin memasak supermi, karena perutku sangat lapar. Aku ingin menghidupkan kompor tapi nggak ada korek api. Lalu kucari Pak Indra.
"Pak.. Pak Indra!" teriakku mencari Pak Indra. Ternyata Pak Indra sedang menyapu halaman di belakang.
"Pagi Neng!" katanya melihatku.
"Sudah bangun ya?"
Aku hanya mengangguk sambil meminta korek darinya.
"Neng, tadi malam asik banget ya" katanya sambil memberi korek
"Mau nggak nanti bapak entot lagi?"
Aku hanya mengangguk. Nggak ada puas-puasnya si tua bangka ini mengerjain tubuhku. Sudah hampir seharian kemarin dia memacu tubuhku dan teman-temanku, sekarang mau minta lagi.
"Tapi ntar aja ya pak, masih capek nih, lapar lagi!" kataku sambil pergi ke dapur.
Akhirnya aku memasak supermi dan makan. Sebenarnya aku ingin membangunkan kedua temanku. Karena aku ingin jalan-jalan bareng mereka. Tapi lagi-lagi kuurungkan niatku. Aku nggak tega juga menggangu tidur mereka. Mungkin nanti aja jalan-jalannya setelah mereka bangun, pikirku.
Setelah selesai makan aku pergi ke dapur untuk membereskan piring kotor. Selagi aku mencuci piring, Pak Indra datang kedapur. Kami bercakap-cakap tentang berbagai hal. Tentang istrinya yang sudah lama pergi meninggalkannya, sehingga dia sangat sulit untuk melampiaskan nafsunya jika lagi "pengen". Sambil bercakap-cakap Pak Indra tak hentinya melihat-lihat tubuhku. Dia mencuri-curi melihat dadaku dari celah tanktopku yang tak tertutup. Dia juga sesekali melihat pantatku yang bulat menonjol. Apalagi jika aku memakai celana ketat seperti ini. Pasti membuat libidonya serasa meledak-ledak
Kemudian Pak Indra mendekatiku dari belakang. Pertama-tama dia mengelus-elus lenganku yang putih mulus. Kubiarkan tangannya itu mengelus-elus tanganku. Dia mendekatkan mulutnya ke leher jenjangku. Dijilatinya dari atas sampai ke bawah. Tangannya yang kasar meremas-remas payudaraku dari luar sementara tangannya yang lain mengelus-elus pantatku.
Perlahan-lahan dilepaskannya celana ketatku beserta CDnya. Pantatku yang mulus dan sekal terpampang jelas didepan matanya.
"Ini baru namanya pantat" katanya sambil menepuk pantatku.
Kemudian disusul dengan melepas tanktop dan braku. Sekarang aku dapat melihat diriku yang telanjang bulat melalui cermin wastafel di hadapanku. Dan dari belakang kulihat dia sedang mengagumi tubuhku dan mengelus-ngelusnya. Tangan bergerak dari dada ke punggungku. Aku mendesah sambil menggigit bibirku. Bibirnya menjilati punggungku dan sesekali kepalanya menyeruak melewati ketiakku untuk mengulum payudaraku.
Kemudian dibentangkannya pahaku lebar-lebar, tangannya mulai merayap ke bagian selangkanganku. Jari-jari besar itu menyusup ke pinggir kemaluanku, mula-mula hanya mengusap-ngusap bagian permukaan saja lalu mulai bergerak perlahan-lahan diantara kerimbunan bulu-bulu mencari liangnya.
"Oh.." hanya itu yang keluar dari mulutku.
Kurasakan benda basah menggelitik klistorisku. Pak Indra kini berada di bawahku dan menjilati belahan kemaluanku, bukan cuma itu dia juga mencucuk-cucukan jarinya ke dalam lubang itu sehingga kemaluanku makin lama makin basah saja.
Aku sungguh tidak berdaya oleh permainan lidah serta jarinya pada vaginaku, tubuhku mengejang dan cairan cinta menyembur dengan derasnya, aku telah dibuatnya orgasme. Tubuhku lemas dan penuh keringat.
Kemudian dia menyelipkan penisnya diantara selangkanganku lewat belakang. Aku mendesis nikmat saat penis itu pelan-pelan memasuki vaginaku. Setelah masuk semuanya langsung digenjotnya. Mula-mula perlahan-lahan tapi lama-lama makin cepat. Aku tidak kuasa menahan desahan, sesekali aku menggigit bibirku menahan nikmat, serta menggeleng-gelengkan kepalaku ke kiri-kanan sehingga rambut panjangku pun ikut tergerai kesana kemari.
Cermin di depanku memantulkan bayangan wajahku yang sedang horny, mulutku mengap-mengap mengeluarkan rintihan terlebih ketika tangan kasar itu meremas-remas kedua payudaraku sambil sesekali dipermainkannya putingku yang sudah mengeras.
"Ooohh.. enak banget Neng " celotehnya.
Setelah 15 menit kurasakan genjotan Pak Indra makin lama makin cepat. Ditambah remasannya di payudaraku yang semakin kuat. Aku sungguh tidak berdaya oleh permainan penisnya pada vaginaku, tubuhku mengejang dan kurasakan cairan cinta menyembur dengan derasnya.
"Ooohh.. Neng.. bapak.. keluar!" dan disusul "Creett.. creet.." maninya menyemprot dengan deras ke vaginaku. Kurasakan maninya mengalir di sela-sela bibir vaginaku. Aku sangat lelah sekali. Dia menopang tubuhku agar tidak jatuh.
Kemudian dipapahnya tubuhku. Aku kira akan dibawa ke kamarku melainkan ke belakang melewati dapur. Dia membawaku kekamarnya, dibaringkannya tubuhku ke ranjang. Demikian lelahnya aku, sampai tubuh seperti lumpuh dan mata terasa makin berat. Sebelum terlelap aku masih sempat mendengarnya berkata dekat kupingku
"Vagina Neng enak banget, bapak jadi ketagihan nih!", kemudian aku tertidur dengan lelapnya.
Aku terbangun ketika kurasakan ada yang meraba-raba vaginaku. Aku mendesah nikmat, kubuka mata, Ahh.. aku terbangun.. aku Terkejut sekali. Begitu mata kubuka langsung nampak sesosok tubuh berada diantara kedua belah pahaku yang terbuka lebar. Ketika kesadaranku berangsur-angsur pulih nampak sosok lelaki muda berbadan tegap. Ternyata dia Muklas, wajahnya berada dekat vaginaku sambil mengorek-ngorek liang itu dengan jarinya.
"Sudah bangun Neng?" tanyanya sambil kepalanya tidak lepas dari vaginaku.
"Eh.. eh.." anggukku di sela-sela kenikmatan yang mulai merasuki tubuhku. Kulihat Pak Indra sedang beristirahat di kursi di pojok kamar sambil mengisap rokok.
Kemudian Muklas melepaskan bibirnya dari vaginaku dan melepas ikat pinggang usangnya, lalu membuka celana berikut kolornya. Maka menyembullah kemaluannya yang sudah menegang dari tadi. Penisnya lebih besar dari punya Pak Indra, berwarna hitam dan berurat, aku takjub melihatnya.
Beberapa saat kemudian dia merentangkan kedua pahaku, betisku dinaikkan ke bahunya
"Neng.. bapak ewe sekarang ya!" kata Muklas tidak sabaran.
Aku melihat miliknya mulai mendesak masuk ke vaginaku,
"Ahk..ahh..!" itulah yang keluar dari mulutku saat dia menekankan dalam-dalam penis supernya hingga amblas seluruhnya, aku meringis sambil mencengkram lengannya.
"Ooohh.." Muklas mendesah setelah berhasil menancapkan kejantanannya di dalam kemaluanku.
Aku mulai merasakan penis itu bergerak keluar masuk pada vaginaku, mula-mula gerakan itu lembut, namun lama-lama bertambah kencang dan kasar. Aku mendesah-desah tidak karuan. Ditambah lagi tangannya yang ikut serta menggerayangi dadaku. Semakin membuatku menjadi-jadi. Pak Indra yang semula tadi hanya menganggur mulai datang mendekati ranjang. Dia ikut menjamah dan memilin dadaku. Sambil sesekali meremasnya dengan kasar.
"Akkhh..!" eranganku tertahan tatkala bibirku dilumat Pak Indra dari samping. Akupun merespon cumbuannya, lidah kami saling beradu. Aku sudah telanjur dilanda birahi. Sambil mencium bibirku, Pak Indra meremas dadaku yang semakin tegak.
Kemudian Pak Indra melepaskan mulutnya dari bibirku. Penisnya sudah menegang langsung ditancapkannya ke mulutku. Aku memasukkan lebih dalam ke mulutku lalu mulai memaju-mundurkan kepalaku. Kujilat dan kuhisap. Selain menyepong tanganku turut aktif mengocok ataupun memijati buah pelirnya. Pak Indra tampak mendesah desah.
Kemudian Muklas balikkan tubuhku dan menyuruhku menunggingkan pantat, ternyata dia ingin doggy stile. Akupun mengangkat pantatku memamerkan vaginaku yang merah merekah .
"Oouuhh.. muk!" itulah yang keluar dari mulutku dengan sedikit bergetar saat penisnya amblas ke dalamku. Dia mulai mengayunkan pinggulnya mula-mula lembut dan berirama, namun semakin lama frekuensinya semakin cepat dan keras. Aku mulai menggila, suaraku terdengar keras sekali beradu dengan erangannya dan deritan ranjang yang bergoyang. Dia mencengkramkan kedua tangannya pada payudaraku. Hujaman-hujaman yang diberikannya menimbulkan perasaan nikmat ke seluruh tubuhku.
Pak Indra meredam suaraku dengan menjejelkan penisnya ke lidahku, sehingga membuatku tidak bisa lagi menjerit. Dia sangat rakus memaju mundurkan penisnya di mulutku, sambil sesekali tangannya bermain di payudaraku.
Diserang dari dua arah begini sungguh membuatku kewalahan hingga akhirnya terasa dinding-dinding kemaluanku berdenyut makin kencang dan erangan panjang keluar dari mulutku disertai mengejangnya tubuhku. Tubuhku lemas dalam pelukan mereka. Tapi keganasan Muklas belum tampak mereda, dia masih bersemangat menyodokkan penisnya tanpa mempedulikan vaginaku yang masih terasa ngilu.
Pak Indra semakin semangat memaju-mundurkan penisnya di mulutku, dan akhirnya ejakulasi lebih dulu di mulutku, dia melenguh panjang dan meremas-remas rambutku saat aku mengeluarkan teknik mengisapku, kuminum semua air maninya, tapi saking banyaknya ada sedikit yang menetes di bibirku. Muklas juga sepertinya sudah mau orgasme, tampak dari erangannya dan cengkeramannya yang makin erat pada payudaraku. Maka kugoyang pinggulku lebih cepat sampai kurasakan cairan hangat memenuhi vaginaku. Akhirnya disemprotkannya maninya di vaginaku. Aku langsung ambruk karena tak kuasa menahan berat badanku.
Mereka kemudian membiarkanku istirahat sejenak. Sambil cerita-cerita mereka tak pernah berhenti merabai tubuhku. Aku yang sudah lemah hanya bisa pasrah. Toh.. percuma melarang mereka, mana ada lelaki yang haus sex membiarkan wanita cantik berbaring telanjang dihadapannya. Terutama Muklas, dia tak pernah melepaskan tangannya dari dadaku. Kadang diremas, kadang dipelintir dan kadang diisap-isap. Hal itu membuat dadaku makin mencuat keatas dan berwarna kemerahan. Setelah memberiku waktu untuk istirahat. Kembali kulihat penis-penis mereka mulai bangkit lagi. Aku hanya bisa pasrah saat Pak Indra mulai meremas payudaraku. Payudaraku yang sudah berwarna merah semakin merah saja saat mulutnya menjilatinya. Aku kembali mendesah saat perlahan-lahan mulutnya turun ke perutku dan langsung menjilati vaginaku. Birahiku mulai naik lagi. Kemudian kutarik Muklas agar mendekat ke arahku. Kujilati penisnya yang belum tegang benar. Dia mendesah-desah sambil memegang rambutku.
Kemudian Pak Indra melepaskan mulutnya dan langsung tertidur telentang. Aku mengerti maksudnya. Tanpa diminta lagi aku mengangkangi tubuhnya yang sudah rebah telentang di atas kasur. Ada sedikit rasa senang karena ini merupakan salah satu posisi favoritku yang sering kulakukan bersama cowok-cowok yang kencan denganku. Aku tanpa ragu menuntun penisnya yang sudah kembali mengeras ke arah vaginaku dan aku mengambil posisi menduduki tubuhnya. Dengan bernafsu kugoyangkan pinggulku diatas tubuhnya, bahkan aku ikut membantu kedua belah telapak tangannya meremasi payudaraku. Muklas menonton adeganku sambil mengocok-kocok penisnya, kadang-kadang tangannya iseng merabai pahaku.
"Ayo goyang Neng.. oohh!" Pak Indra sepertinya ketagihan dengan goyanganku, begitu juga Muklas, dia tidak tahan hanya menonton saja. Dia berdiri di sebelahku, penisnya mengacung di depan mukaku.
"Emut Neng.. ayo buka mulutnya!" sambil menjejalinya ke mulutku.
Aku membuka mulutku dan melakukan apa yang dia inginkan.
15 menit dalam posisi 'woman on top' sampai akhirnya tubuhku bergetar seperti menggigil lalu "Aaahh..!!"
Dengan panjang keluar dari mulutku, kepalaku mendongak ke atas menatap langit–langit kamar yang sepertinya berubah jadi banyak. Tubuhku melemas dan ambruk ke depan, ke dalam pelukan Pak Indra. Dia peluk tubuhku sambil penisnya tetap dalam vaginaku, kami berdua basah kuyup oleh keringat yang mengucur. Tapi tampaknya dia belum juga keluar, kembali tubuhku dipompanya. Tubuhku bergoyang diatas tubuhnya.
Goyangan kami terhenti sejenak ketika Muklas tiba-tiba mendorong punggungku sehingga pantatku semakin menungging dan payudaraku makin tertekan ke wajah Pak Indra. Muklas membuka pantatku dan mengarahkan penisnya ke sana
"Aduuh.. pelan-pelan Klas, sakit tau.. aww!" rintihku waktu dia mendorong masuk penisnya. Bagian bawahku rasanya sesak sekali karena dijejali dua batang penis besar. Kami kembali bergoyang, sakit yang tadi kurasakan perlahan-lahan berubah menjadi rasa nikmat yang menjalari tubuhku. Aku menjerit sejadi-jadinya ketika Muklas menyodok pantatku dengan kasar, kuomeli dia agar lebih lembut dikit. Bukannya mendengar, Muklas malah makin buas menggenjotku. Pak Indra melumat bibirku dan memainkan lidahnya di dalam mulutku agar aku tidak terlalu ribut.
Hal itu berlangsung sekitar 20 menit lamanya, sampai aku merasakan tubuhku seperti mau meledak, yang dapat kulakukan hanya menjerit panjang dan memeluk Pak Indra erat-erat sampai kukuku mencakar punggungnya. Selama beberapa detik tubuhku menegang sampai akhirnya melemas kembali dalam dekapan Pak Indra. Namun mereka masih saja memompaku tanpa peduli padaku yang sudah lemas ini. Erangan yang keluar dari mulutku pun terdengar makin tak bertenaga. Tiba-tiba pelukan mereka terasa makin erat sampai membuatku sulit bernafas, serangan mereka juga makin dahsyat, putingku disedot kuat-kuat oleh Pak Indra, dan Muklas menjambak rambutku. Aku lalu merasakan cairan hangat menyembur di dalam vagina dan anusku. Mereka berdua pun terkulai lemas diantara tubuhku dengan penis masih tertancap.
Setelah sisa-sisa kenikmatan tadi mereda, akupun mengelap tubuhku yang basah kuyup kemudian berjalan menuju kamar mandi. Eh.. ternyata mereka mengikutiku dan memaksa ikut mandi bersama. Akhirnya kuiyakan saja deh supaya mereka senang. Disana aku cuma duduk, merekalah yang menyiram, menggosok, dan menyabuniku tentunya sambil menggerayangi. Bagian kemaluan dan payudaraku paling lama mereka sabuni sampai aku menyindir
"Lho..kok yang disabun disitu-situ aja sih, mandinya nggak beres-beres dong, dingin nih" Disambut gelak tawa kami. Setelah itu, giliran akulah yang memandikan mereka, saat itulah nafsu mereka bangkit lagi, akupun kembali digarap di kamar mandi.
Lagi asik-asiknya digenjot mereka berdua Citra dan Indah datang dan bergabung bersama kami. Kamar mandi itu menjadi tempat kami melakukan pesta sex. Sampai akhirnya kami sama-sama puas.
Demikian sebagaian ceritaku. Nantikan ceritaku yang lain..
E N D
adikku_sayang
Nita keluar dari kamar mandi mendapatkan Evi bersandar di pintu kamarnya dengan tangan ke belakang.
"Nita diterima di SMA Theresia, Kak!" jawab Nita dengan ceria.
Evi berjalan ke arahnya dan memberikan sebuah kado terbungkus rapi.
"Nih, buat kamu. Kakak yakin kamu diterima, jadi udah nyiapin ini."
"Duuh, thank you, Kak!" Nita setengah menjerit menyambar kado itu.
Evi duduk di ranjang Nita sementara adiknya duduk di meja belajarnya membuka kado itu dan mendapatkan sebuah gelas berbentuk Winnie the Pooh, karakter kartun kesukaannya, sedang memeluk tong bertulisan "Hunny". Kali ini Nita benar-benar menjerit, "Aaah, bagus banget! Thank you, Kak!"
Nita melompat ke ranjang dan memeluk kakaknya erat-erat, dan dengan tiba-tiba mencium bibir Evi. Evi tersentak, bukan karena Nita menciumnya, tapi karena getaran elektrik yang ia rasakan dari bibir adiknya yang basah menyambar bibirnya dan menyebar ke seluruh tubuhnya. Ciuman yang sebenarnya hanya berlangsung beberapa detik itu membuat jantung Evi berdebar. Nita melepas ciumannya, namun tak melepas pelukannya yang erat. Evi tersenyum berusaha menutupi perasaannya, lalu mengecup bibir adiknya dengan lembut. Nita meletakkan gelas itu di meja kecil di sisi ranjangnya dan merebahkan diri. Ia menarik Evi agar berbaring di sisinya, lalu kembali memeluknya.
"Kak, Nita kangen nih ama Kakak. Sejak Kak Evi pacaran ama Mbak Anna, kapan kita pernah tidur bareng lagi? Cerita-cerita sampe ketiduran? Nggak pernah kan?"
"Bukan gitu, Nit," jawab Evi, "Kakak kan kuliahnya sibuk, bukan karena pacaran ama Anna."
Evi kembali merasakan dadanya berdebar hanya karena dipeluk oleh adiknya yang cantik ini. Ia baru menyadari bahwa ia memang sudah lama sekali tak pernah sedekat ini dengan Nita.
"Lagian ngapain sih Kakak pacaran ama Mbak Anna? Ntar ketahuan Papa baru tahu lho!" kata Nita sambil mengernyitkan dahinya seakan memarahi kakaknya.
Wajah Nita begitu dekat dengan wajahnya, membuat Evi merasa canggung dan semakin berdebar. Evi berusaha keras meredam ketegangannya dan menutupi perasaannya dari adiknya.
"Sok tahu kamu," kata Evi, "Papa kan udah tahu Kakak pacaran ama Anna. Malah sebelum berangkat ke Jerman, Anna pernah ketemu dan ngobrol ama Papa. Sekarang Papa udah bisa kok nerima kenyataan bahwa Kakak emang lesbian."
Hangatnya hembusan napas Nita di lehernya membuat Evi semakin berdebar dan ia merasakan panas yang hebat dari selangkangannya. Evi tahu ia tak mampu menahan diri lebih lama lagi saat celana dalamnya mulai terasa lembab.
"Sana mandi dulu kamu!" tukas Evi sambil mendorong adiknya, "Kamu bau matahari!"
"Ngg.." balas Nita kolokan walau tetap melepaskan lengannya yang melingkari pinggang Evi.
"Tapi Kakak jangan pergi dulu. Nita masih kangen ama Kakak," kata Nita sambil berjalan ke kamar mandi.
Evi duduk dan melipat kedua kakinya rapat-rapat di depan dadanya. Ia memeluk kedua kakinya sambil menyadarkan dagu ke lututnya. Ia menghela napas dalam-dalam berusaha menenangkan gairahnya.
"Kenapa aku sampai begitu, sih!" ia memarahi dirinya sendiri dalam hati.
"Nita kan adikku sendiri!"
"Mungkinkah karena sudah hampir 4 bulan Anna pergi dan aku kangen pada pelukan dan sentuhan lembut wanita?" Evi menyelonjorkan kakinya di kasur dan mulai meraba-raba pahanya. Sambil membayangkan dada Anna yang montok, tangan kiri Evi meraba-raba dadanya sendiri, sementara tangan kanannya naik meremas-remas selangkangannya.
Evi tersentak dari lamunannya dan melepas kedua tangannya dari bagian-bagian vitalnya dan kembali menarik napas dalam-dalam. Ia tak ingin terlihat bergairah saat adiknya keluar dari kamar mandi nanti.
Tak memakan waktu lama, Nita keluar dari kamar mandi dalam keadaan bugil. Ia mengambil celana dalam dan daster dari lemari. Evi menatap adiknya memakai celana dalam, jantungnya yang belum sepenuhnya kembali normal langsung berdebar lagi melihat tubuh Nita yang langsing namun berisi itu. Nita tidak mengenakan dasternya, tetapi langsung duduk bersila di sisi kakaknya di ranjang dan meletakkan dasternya di pangkuannya.
Evi tersenyum berusaha menutupi gairahnya dan membelai rambut adiknya. Nita memonyongkan bibirnya seperti orang ngambek dan berkata, "Kak Evi kok mau sih ama Mbak Anna? Dia kan.." Nita tampak agak ragu sebelum akhirnya melanjutkan, "Dia kan nggak cantik." Bukannya marah, senyum Evi malah berubah jadi tawa, "Kamu nggak boleh menilai orang dari penampilan fisiknya. Anna kan baik banget orangnya, lembut dan penuh pengertian. Lagian fisiknya juga nggak jelek-jelek amat. Toket dan pantatnya kan gede banget, Nit. Asyik banget untuk diremas. Dan ciumannya jago banget. Dia yang ngajarin Kakak ciuman."
"Iya sih. Toket Nita nggak gede ya, Kak?" kata Nita sambil memandang payudaranya.
"Siapa bilang?" balas Evi, "Toket kamu gede lagi! Kamu tuh tumbuh melebihi orang seumurmu. Waktu Kakak 17 tahun, toket Kakak belum segede kamu."
Dengan polos, Nita bertanya, "Emang enak, Kak, diremas ama sesama cewek?"
Belum sempat Evi menjawab, Nita meraih tangan kakaknya dan meletakkannya di atas dadanya. Evi tersentak, namun membiarkan Nita menggerakkan tangannya berputar-putar di dada adiknya yang terasa lembab dan segar itu. "Mmmhh.." Nita mendesah dan matanya setengah menutup. Gairah Evi yang sudah sulit dikendalikan semakin meledak melihat reaksi adiknya yang sangat merangsang itu. Evi mulai meremas-remas dada adiknya dengan lembut lalu memilin-milin puting dada Nita yang terasa semakin membesar dan mengeras.
"Uhh.." Nita kembali mendesah dan membiarkan Evi meraba dan meremas dadanya, sementara kedua tangannya sendiri meremas sprei kasurnya. Tak lagi berusaha mengendalikan gairahnya yang sudah memuncak, Evi meraih dagu adiknya dengan tangan kiri sementara tangan kanannya terus meremas dada Nita dengan semakin bernafsu. Evi menarik wajah Nita dan mengecup bibirnya yang basah.
"Mmmhh.." reaksi Nita yang hanya berupa desahan itu membakar nafsu Evi. Sambil meremas dada adiknya dengan bergairah, Evi mengulum bibir bawah adiknya yang segera membuat Nita membalas dengan mengulum bibir atas Evi. Kakak beradik ini saling menghisap bibir selama beberapa saat, sampai akhirnya Evi melepas ciuman mereka. Nita membuka mata mendapatkan ia dan kakaknya sama-sama terengah-engah setelah berciuman dengan penuh gairah.
"Ohh, ternyata enak ya, Kak? Nita nggak nyangka deh. Kak Evi juga enak?" tanya Nita dengan polos.
"Gila kamu, Nit! Dari tadi Kakak udah mau mati nahan gairah Kakak gara-gara kamu peluk, kamu cium, ngelihat kamu telanjang!" jawab Evi, "Kamu sih! Ngapain lagi kamu tarik tangan Kakak ke toket kamu?"
Nita tampak terkejut dengan kerasnya kata-kata kakaknya, "Sorry, Kak. Nita cuma kangen aja ama Kak Evi dan pengen disentuh. Sorry.." katanya sambil menundukkan kepala.
"Ssstt.." Evi menarik dagu adiknya lagi hingga mereka saling bertatapan, lalu menampilkan senyumnya yang manis, "Tapi kamu suka kan?" Nita hanya membalas dengan senyuman yang tak kalah manisnya.
Evi menggeser duduknya di ranjang hingga bersandar pada dinding, "Sini," ia menarik lengan Nita agar duduk di sisinya. Mereka duduk berdampingan, Evi membelai rambut Nita, lalu dengan tangan di belakang kepala adiknya, Evi menarik wajah Nita mendekati wajahnya, "Nih ajaran Anna. Kamu nilai sendiri enak apa nggak." Evi kembali mencium bibir Nita.
Kendali diri sudah sepenuhnya kembali pada dirinya setelah menyadari bahwa Nita juga menikmati semua ini, Evi mengatur alur percintaan tanpa tergesa-gesa. Ia tak lagi meraba-raba adiknya. Kini Evi hanya mengulum bibir adiknya, kadang seluruh mulutnya, lalu melepasnya, lalu mengulumnya lagi. Kadang ia biarkan Nita yang menghisap bibirnya dengan lebih bernafsu, lalu melepasnya untuk melihat adiknya maju mengejar mulutnya yang sedikit ia buka, memancing gairah Nita.
Evi mendorong adiknya hingga rebah di kasur. Mereka berciuman lagi dengan penuh gairah. "Kak.." Nita mendesah. Evi menjawab dengan menyelusupkan lidahnya dengan lembut ke dalam mulut Nita yang sedikit terbuka. Tenggorokan Nita tercekat saat merasakan lidahnya bersentuhan dengan lidah kakaknya. Ini perasaan yang belum pernah ia rasakan sebelum ini. Ia tak menyangka akan merasakan rangsangan luar biasa sebagai akibatnya.
Jilatan lembut Evi pada langit-langit dan lidah Nita membuat Nita terangsang, namun menjadi semakin rileks karena merasa semakin menyatu dengan kakaknya. Nita mulai membalas gerakan lidah Evi dengan gerakan lidahnya sendiri. Mengetahui adiknya sudah bisa menikmati ini, Evi membelitkan lidahnya pada lidah Nita sambil menghisap bibir adiknya. Evi melepas lidahnya dari mulut adiknya, lalu berkata, "Hisap lidah Kakak, Sayang."
Kata-kata lembut Evi membuat Nita semakin bergairah, seakan sedang bercinta dengan kekasihnya. Dengan bernafsu, ia menghisap lidah Evi yang kembali menjelajahi mulutnya. Mereka berciuman dan bergantian saling menghisap lidah untuk waktu yang lama. Merasa gairah adiknya dan gairahnya sendiri semakin membara, Evi mulai meningkatkan kecepatan percintaan dengan meraba paha dan selangkangan Nita. Nita mendesah saat merasakan sentuhan di bagian yang belum pernah disentuh siapa pun itu. Evi melepas bibirnya dari bibir adiknya, lalu mulai menjilati telinga dan leher Nita. Desahan Nita mulai berubah menjadi erangan kenikmatan.
Tanpa melepas tangannya dari selangkangan Nita, Evi menurunkan jilatannya ke dada adiknya yang montok itu. "Ah..!" Nita menjerit kecil saat pertama kali lidah kakaknya menyentuh puting buah dadanya, "Ooohh.. aahh.. Kak.." desahnya dengan penuh kenikmatan. Nita membuka matanya menyaksikan Evi menjilati puting dan payudara Nita dengan semakin cepat dan bernafsu, membuat putingnya membesar dan mengeras. Kadang Evi menggigit puting Nita membuat Nita menjerit kecil dan memaju-mundurkan pantatnya seirama dengan gerak tangan Evi di selangkangannya, sehingga tangan Evi terasa semakin menekan dan meremas di selangkangannya yang kini sudah basah kuyup.
Bangkit dari dada Nita, Evi menduduki adiknya dengan selangkangan tepat di atas selangkangan adiknya. Evi menarik kaosnya lalu melemparkannya ke lantai. Kedua tangan Nita meremas dada kakaknya saat Evi sedang berusaha melepas BH-nya. Evi melempar BH-nya dan Nita semakin bernafsu meremas dada dan puting telanjang kakaknya. Mereka saling menghujam selangkangan hingga saling menekan. "Hhh.." desah Evi yang menikmati remasan adiknya pada dadanya yang telah membesar dan mengeras itu. Tak tahan lagi untuk segera merasakan adiknya, Evi bangkit membuka celana pendek sekaligus celana dalamnya, lalu menarik celana dalam Nita hingga terlepas, menampilkan setumpuk kecil bulu tipis yang menutupi kemaluan yang telah membengkak penuh gairah. Bau seks menyebar dari vagina Nita, membuat isi kepala Evi serasa berputar penuh gairah tak tertahankan.
Evi meraba bibir vagina adiknya yang telah berlumuran lendir gairah. "Ohh, Kakaak!" Nita tersentak merasakan nikmatnya sentuhan di titik terlarang itu. Tak tahan lagi, Evi segera menjilati bibir vagina Nita dengan bernafsu, menikmati manisnya lendir vagina Nita. "Ah! Ah! Kak! Ah!" Nita menjerit-jerit tak tertahankan, tubuhnya menggelinjang merasakan kenikmatan yang tak pernah terbayangkan olehnya.
Dua jari Evi membuka bibir vagina Nita, menampilkan klitoris yang telah membengkak keras dan teracung keluar. Lidah Evi menari pada klitoris adiknya sambil tangan kirinya naik meremas-remas payudara Nita, membuat Nita terpaksa mencengkeram sprei untuk menahan gelinjang tubuhnya yang semakin sulit dikendalikan. Ini tak membantu menahan jeritannya yang semakin keras "Aaagghh! Aaagghh! ohh, Kakaak! Nikmat, Kaak! Jangan berhen.. aagghh!" Nita telah terlontar ke dalam dunianya sendiri.
Memang tak berniat berhenti, lidah Evi masuk ke dalam vagina Nita dan menjilatinya tanpa ampun. Nita meluruskan kedua lengannya di sisi menopang tubuhnya ke posisi duduk mengangkang, menyaksikan kepala kakaknya di antara kedua pahanya. Tak mampu mengendalikan kenikmatan seks yang terus meningkat ini, Nita menghunjamkan selangkangannya ke wajah kakaknya berulang kali, sementara lidah Evi semakin cepat bergetar di dalam vagina Nita, sambil menikmati lendir vagina adiknya yang terus mengalir ke dalam mulutnya.
Hunjaman selangkangan dan gelinjang tubuh Nita yang semakin kasar dan tak terkendali membuat Evi tahu bahwa adiknya tak akan tahan lebih lama lagi. Ia semakin bernafsu menjilati adiknya, di dalam vagina, bibir vagina serta klitorisnya. Tepat dugaannya, tak lama kemudian kedua paha Nita menghentak kaku menjepit kepala Evi, tubuh Nita bergelinjang semakin kasar dan liar, sementara vaginanya berkontraksi dan memuncratkan gelombang demi gelombang lendir seks yang tak mampu lagi ia bendung.
"Aaakk.. aahh.. ahh Kakk.." jerit Nita tak peduli lagi pada dunia, hanya kenikmatan orgasme pertamanya ini yang berarti baginya. Evi membuka mulutnya, mengulum seluruh vagina adiknya dan menenggak lendir orgasme yang membanjiri seisi mulutnya hingga sebagian menetes dari bibirnya ke dagu dan lehernya.
Orgasme demi orgasme melanda Nita selama semenit penuh, hingga akhirnya ia merasa begitu lemah sampai tubuhnya jatuh ke kasur dengan penuh kenikmatan dan kepuasan. Evi menjilati lendir yang lolos ke sisi selangkangan dan paha adiknya, lalu memanjat tubuh adiknya dan menindih tubuh adiknya. Sambil terengah-engah, ia menyaksikan Nita yang memejamkan mata penuh kepuasan. Evi mengecup bibir Nita, membuat Nita membuka matanya dan tersenyum. Ia memeluk tubuh telanjang Evi, lalu membalas kecupan kakaknya dengan ciuman penuh pada mulut Evi. Lidah mereka terpaut, Nita menghisap lidah kakaknya, lalu melepaskannya untuk menjilati wajah, pipi dan leher Evi yang berlumuran lendir orgasmenya sendiri. Lendir seks ini terasa nikmat dan manis baginya.
Nita tahu Evi terengah-engah bukan hanya karena habis memakan vaginanya dengan brutal, namun juga karena gairahnya yang telah memuncak. Nita melorotkan diri di bawah tubuh kakaknya, menggesekkan payudaranya pada payudara Evi. Wajah Nita tiba di depan payudara Evi saat Evi mengangkat tubuhnya dengan menopangkan dirinya pada sikunya. Tanpa ragu Nita mulai menjilati puting payudara kakaknya hingga napas Evi semakin tersenggal-senggal menahan gairah yang semakin melonjak dalam dirinya. Selangkangannya semakin memanas dan lendir seksnya meleleh keluar dari vaginanya, menetes-netes di paha Nita.
"Ohh, Sayang! Kakak nggak tahan lagi, Sayang!" erang Evi.
Memahami maksud kakaknya, Nita melorotkan tubuhnya kembali hingga wajahnya tiba di depan vagina Evi, dan tanpa menunda lagi, Nita langsung menyusupkan lidahnya ke dalam vagina kakaknya.
"Aaahh! Ahh! Sayaang!" Evi menjerit selagi Nita sibuk menjilati vaginanya dari dalam hingga ke klitorisnya berulang-ulang.
Dengan bernafsu, Evi menduduki wajah adiknya, lalu menaik-turunkan tubuhnya, menghujamkan vaginanya ke wajah adiknya berulang-ulang. Sambil meremas pantat Evi, Nita meluruskan lidahnya hingga kaku dan menghujam wajahnya seirama dengan gerakan pantat kakaknya ini. Lendir gairah meleleh ke wajah dan pipi Nita saat ia memaikan kakaknya dengan lidahnya. Tak lama Evi mampu bertahan setelah gelombang rangsangan bertubi-tubi yang telah ia nikmati, puncak kenikmatan pun meledak dan Evi tersentak kaku di atas wajah adiknya dalam kepuasan orgasme demi orgasme yang menyemprotkan lendir panas ke dalam mulut Nita berulang kali.
Nita berusaha keras menghisap dan menelan seluruh lendir orgasme Evi yang memenuhi mulutnya. Begitu banyaknya lendir kepuasan yang Evi tumpahkan ke mulut adiknya, sebagian terpaksa mengalir keluar ke pipi Nita. Dari kaku, perlahan-lahan tubuh Evi mulai melemas dan jepitan pahanya pada kepala Nita pun mulai mengendur, hingga akhirnya Evi jatuh terbaring lemas di atas ranjang. Nita mendekati wajah kakaknya yang menantinya dengan tersenyum, lalu mencium bibir kakaknya. Mereka berpelukan dan berciuman beberapa saat. Evi membelai rambut adiknya, sementara Nita meremas pantat kakaknya. Lelah berciuman, Evi menghela napas panjang sebelum akhirnya mengatakan, "Aku cinta kamu, Sayang.." Nita hanya tersenyum dan mereka terus berpelukan hingga tertidur dalam rasa lelah yang penuh dengan kepuasan.
TAMAT
3 lawan 1 dalam semalam
Namaku dedi, umur 24 tahun. Aku seorang gigolo di kota Bandung. Aku akan menceritakan pengalamanku melayani sekaligus 4 pelangganku dalam semalam. Aku menggeluti profesi ini sudah 4 tahun, dan sejak itu aku mempunyai pelanggan tetap namanya Tante Mira (bukan nama asli), dia seorang janda tidak mempunyai anak, tinggal di Bandung, orangnya cantik, putih, payudaranya besar walaupun sudah kendor sedikit, dia keturunan tionghoa. Dia seorang yang kaya, memiliki beberapa perusahaan di Bandung dan Jakarta, dan memeiliki saham di sebuah hotel berbintang di Bandung.
Sabtu pukul 7 pagi, HP-ku berbunyi dan terdengar suara seorang wanita, dan kulihat ternyata nomor HP Tante Mira.
"Hallo Sayang.. lagi ngapain nich.. udah bangun?" katanya.
"Oh Tante.. ada apa nich, tumben nelpon pagi-pagi?" kataku.
"Kamu nanti sore ada acara nggak?" katanya.
"Nggak ada Tante.. emang mo ke mana Tante?" tanyaku.
"Nggak, nanti sore anter Tante ke puncak yach sama relasi Tante, bisa khan?" katanya.
"Bisa tante.. aku siap kok?" jawabku.
"Oke deh Say.. nanti sore Tante jemput kamu di tempatmu", katanya.
"Oke.. Tante", balasku, dengan itu juga pembicaraan di HP terputus dan aku pun beranjak ke kamar mandi untuk mandi.
Sore jam 5, aku sudah siap-siap dan berpakaian rapi karena Tante Mira akan membawa teman relasinya. Selang beberapa menit sebuah mobil mercy new eye warnah hitam berkaca gelap berhenti di depan rumahku. Ternyata itu mobil Tante Mira, langsung aku keluar menghampiri mobil itu sesudah aku mengunci seluruh pintu rumah dan jendela.
Aku pun langsung masuk ke dalam mobil itu duduk di jok belakang, setelah masuk mobil pun bergerak maju menuju tujuan. Di dalam mobil, aku diperkenalkan kepada dua cewek relasinya oleh tante, gila mereka cantik-cantik walaupun umur mereka sudah 40 tahun, namanya Tante Lisa umurnya 41 tahun kulitnya putih, payudaranya besar, dia merupakan istri seorang pengusaha kaya di Jakarta dan Tante Meri 39 tahun, payudaranya juga besar, kulitnya putih, juga seorang istri pengusaha di Jakarta. Mereka adalah relasi bisnis Tante Mira dari Jakarta yang sedang melakukan bisnis di Bandung, dan diajak oleh Tante Mira refreshing ke villanya di kawasan Puncak. Keduanya keturunan Tionghoa.
Di dalam mobil, kami pun terlibat obralan ngalor-ngidul, dan mereka diberitahu bahwa aku ini seorang gigolo langganannya dan mereka juga mengatakan ingin mencoba kehebatanku.
Selang beberapa menit obrolan pun berhenti, dan kulihat Tante Lisa yang duduk di sebelahku, di sofa belakang, tangannya mulai nakal meraba-raba paha dan selangkanganku. Aku mengerti maksudnya, kugeser dudukku dan berdekatan dengan Tante Lisa, lalu tangan Tante Lisa, meremas batang kemaluanku dari balik celana. Dengan inisatifku sendiri, aku membuka reitsleting celana panjangku dan mengeluarkan batang kemaluanku yang sudah tegak berdiri dan besar itu. Tante Lisa kaget dan matanya melotot ketika melihat batang kemaluanku besar dan sudah membengkak itu. Tante Lisa langsung bicara kepadaku, "Wow.. Ded, kontol kamu gede amat, punya suamiku aja kalah besar sama punya kamu.." katanya.
"Masa sich Tante", kataku sambil tanganku meremas-remas payudaranya dari luar bajunya.
"Iya.. boleh minta nggak, Tante pengen ngerasain kontol kamu ini sambil kontolku dikocok-kocok dan diremas-remas, lalu dibelai mesra?" katanya.
"Boleh aja.. kapan pun Tante mau, pasti Dedi kasih", kataku yang langsung disambut Tante Lisa dengan membungkukkan badannya lalu batang kemaluanku dijilat-jilat dan dimasukakkan ke dalam mulutnya, dengan rakusnya batang kemaluanku masuk semua ke dalam mulutnya sambil disedot-sedot dan dikocok-kocok.
Tante Meri yang duduk di jok depan sesekali menelan air liurnya dan tertawa kecil melihat batang kemaluanku yang sedang asyik dinikmati oleh Tante Lisa. Tnganku mulai membuka beberapa kancing baju Tante Lisa dan mengeluarkan kedua payudaranya yang besar itu dari balik BH-nya. lalu kuremas-remas.
"Tante.. susu tante besar sekali.. boleh Dedi minta?" tanyaku.
Tante Lisa hanya mengangguk-anggukkan kepalanya, lalu tanganku mulai meremas-remas payudaranya. Tangan kiriku mulai turun ke bawah selangkangannya, dan aku mengelus-ngelus paha yang putih mulus itu lalu naik ke atas selangkangannya, dari balik CD-nya jariku masuk ke dalam liang kewanitaannya. Saat jariku masuk, mata Tante Lisa merem melek dan medesah kenikmatan, "Akhh.. akhh.. akhh.. terus sayang.."
Beberapa jam kemudian, aku sudah tidak tahan mau keluar.
"Tante.. Dedi mau keluar nich.." kataku.
"Keluarain di mulut Tante aja", katanya.
Selang beberapa menit, "Croot.. croot.. crott.." air maniku keluar, muncrat di dalam mulut Tante Lisa, lalu Tante Lisa menyapu bersih seluruh air maniku.
Kemudian aku pun merobah posisi. Kini aku yang membungkukkan badanku, dan mulai menyingkap rok dan melepaskan CD warna hitam yang dipakainya. Setelah CD-nya terlepas, aku mulai mencium dan menjilat liang kewanitaannya yang sudah basah itu. Aku masih terus memainkan liang kewanitaannya sambil tanganku dimasukkan ke liang senggamanya dan tangan kiriku meremas-remas payudara yang kiri dan kanan.
Sepuluh menit kemudian, aku merubah posisi. Kini Tante Lisa kupangku dan kuarahkan batang kemaluanku masuk ke dalam liang senggamanya, "Bless.. belss." batang kemaluanku masuk ke dalam liang kewanitaannya, dan Tante Lisa menggelinjang kenikmatan, ku naik-turunkan pinggul Tante Lisa, dan batang kemaluanku keluar masuk dengan leluasa di liang kewanitaannya.
Satu jam kemudian, kami berdua sudah tidak kuat menahan orgasme, kemudian kucabut batang kemaluanku dari liang kewanitaannya, lalu kusuruh Tante Lisa untuk mengocok dan melumat batang kemaluanku dan akhirnya, "Croot.. crott.. croott.." air maniku muncrat di dalam mulut Tante Lisa. Seketika itu juga kami berdua terkulai lemas. Kemudian aku pun tertidur di dalam mobil.
sesampainya di villa Tante Mira sekitar jam 8 malam. Lalu mobil masuk ke dalam pekarangan villa. Kami berempat keluar dari mobil. Tante Mira memanggil penjaga villa, lalu menyuruhnya untuk pulang dan disuruhnya besok sore kembali lagi.
kami berempat pun masuk ke dalam villa, karena lelah dalam perjalanan aku langsung menuju kamar tidur yang biasa kutempati saat aku diajak ke villa Tante Mira. Begitu aku masuk ke dalam kamar dan hendak tidur-tiduran, aku terkejut ketika ke 3 tante itu masuk ke dalam kamarku dalam keadaan telanjang bulat tanpa sehelain benang pun yang menempel di tubuhnya. Kemudian mereka naik ke atas tempat tidurku dan mendorongku untuk tiduran, lalu mereka berhasil melucuti pakaianku hingga bugil. Batang kemaluanku diserang oleh Tante Meri dan Tante Mira, sedangkan Tante Lisa kusuruh dia mengangkang di atas wajahku, lalu mulai menjilati dan menciumi liang kewanitaan Tante Lisa.
Dengan ganasnya mereka berdua secara bergantian menjilati, menyedot dan mengocok batang kemaluanku, hingga aku kewalahan dan merasakan nikmat yang luar biasa. Kemudian kulihat Tante Meri sedang mengatur posisi mengangkang di selangkanganku dan mengarahkan batang kemaluanku ke liang kewanitaannya, "Bless.. bleess.." batang kemaluanku masuk ke dalam liang kewanitaan Tante Meri, lalu Tante Meri menaik turunkan pinggulnya dan aku merasakan liang kewanitaan yang hangat dan sudah basah itu. Aku terus menjilat-jilat dan sesekali memasukkan jariku ke dalam liang kewanitaan Tante Lisa, sedangakan Tante Mira meremas-remas payudara Tante Meri.
Beberapa jam kemudian, Tante Meri sudah orgasme dan Tante Meri terkulai lemas dan langsung menjatuhkan tubuhnya di sebelahku sambil mencium pipiku. Kini giliran Tante Mira yang naik di selangkanganku dan mulai memasukan batang kemaluanku yang masih tegak berdiri ke liang senggamanya, "Bleess.. bleess.." batang kemaluanku pun masuk ke dalam liang kewanitaan Tante Mira. Sama seperti Tante Meri, pinggul Tante Mira dinaik-turunkan dan diputar-putar.
Setengah jam kemudian, Tante Mira sudah mencapai puncak orgasme juga dan dia terkulai lemas juga, langsung kucabut batang kemaluanku dari liang kewanitaan Tante Mira, lalu kusuruh Tante Lisa untuk berdiri sebentar, dan aku mengajaknya untuk duduk di atas meja rias yang ada di kamar itu, lalu kubuka lebar-lebar kedua pahanya dan kuarahkan batang kemaluanku ke liang kewanitaannya, "Bless..bleess.." batang kemaluanku masuk ke dalam liang kewanitaan Tante Lisa. Kukocok-kocok maju mundur batang kemaluanku di dalam liang kewanitaan Tante Lisa, dan terdengar desahan hebat, "Akhh.. akhh.. akhh.. terus sayang.. enak.." Aku terus mengocok senjataku, selang beberapa menit aku mengubah posisi, kusuruh dia membungkuk dengan gaya doggy style lalu kumasukan batang kemaluanku dari arah belakang. "Akhh.. akhh.." terdengar lagi desahan Tante Lisa. Aku tidak peduli dengan desahan-desahannya, aku terus mengocok-ngocok batang kemaluanku di liang kewanitaannya sambil tanganku meremas-remas kedua buah dada yang besar putih yang bergoyang-goyang menggantung itu.
Aku merasakan liang kewanitaan Tante Lisa basah dan ternyata Tante Lisa sudah keluar. Aku merubah posisi, kini Tante Lisa kusuruh tiduran di lantai, di atas karpet dan kubuka lebar-lebar pahanya dan kuangkat kedua kakinya lalu kumasukkan batang kemaluanku ke dalam liang kewanitaannya, "Bless.. bless.. bless.." batang kemaluanku masuk dan mulai bekerja kembali mengocok-ngocok di dalam liang kewanitaannya. Selang beberapa menit, aku sudah tidak tahan lagi, lalu kutanya ke Tante Lisa, "Tante, aku mau keluar nich.. di dalam apa di luar?" tanyaku.
"Di dalam aja Sayang.." pintanya.
Kemudian, "Crott.. croott.. croott.." air maniku muncrat di dalam liang kewanitaan Tante Lisa, kemudian aku jatuh terkulai lemas menindih tubuh Tante Lisa sedangkan kejantananku masih manancap dengan perkasanya di dalam liang kewanitaannya.
Kami berempat pun tidur di kamarku, keesokan harinya kami berempat melakukan hal yang sama di depan TV dekat perapian, di kamar mandi, maupun di dapur.
Langganan:
Postingan (Atom)